Tanya ini berangkat dari membaca buku Pedoman Tarbiyah Anggota Muda PKS dalam banyak kegiatan mereka itu sangat bagus, idealis, dan sangat religius. Mengapa menjadi tanya, karena di dalam sikap para elit itu kog jauh dari apa yang diharapkan dalam pelatihan para calon anggota baru mereka.
Perilaku yang akan baik dan lurus jika mengikuti tahap demi tahap dengan ketat sesuai dengan panduan ini. Tidak akan  ada koruptor, pelaku perzinahan, dan menghujat pemimpin dengan tidak berdasar hanya karena beda pilihan, pun tidak akan ada kemunafikan karena ada salah satu indikator penilaian itu menyesuaikan perbuatan dan tindakan.
Beberapa hal yang patut dijawab jika mau, toh tidak akan ada yang peduli, buku ini telah saya jadikan sumber artikel, jadi ini adalah artikel kedua;
Satu, dalam salah satu penilaian dinyatakan, memiliki rasa malu berbuat kesalahan, coba tengok berapa banyak kesalahan yang tidak saja diakui, jelas-jelas berbuat salah saja alah berkelit, bersumpah, dan menuduh pihak lain sebagai pelaku yang sedang memperdayai, adanya konspirasi dan sebagainya.
Tanyanya adalah, apakah pelatihan dan evaluasi ini hanya untuk pemula, sedangkan elit bisa berbuat apa saja. Atau ini hanya sebentuk formalitas adminstratif semata? Perbuatan salah apa sebagai contoh? Bagaimana perilaku mereka ketika Ratna Sarumpaet melakukan kebohongan publik, sebelum ketahuan dan setelahnya, bagaimana orang-orang partai ini bersikap. Mosok sudah lupa, apalagi yang lama-lama.
Cukup menohok, apalagi ini adalah negara Pancasila, negara plural, dan beraneka ragam agama, salah satu indikator evaluasi adalah hartanya tidak pergi ke pihak non Muslim, susah memahami dan mencerna indikator ini karena apa iya ketika bau naik bis, naik pesawat, atau berbelanja perlu bertanya pemilik toko ini, pemilik armada ini agamanya apa.
Tanyanya adalah, mengapa presiden PKS yang tertangkap tangan itu ada indikasi bekerja sama dengan pendeta? Lupa, atau kalau soal uang tidak mengenal agama, atau pendetanya sudah tidak terkait dengan bisnis? Aneh dan ajaib juga perilaku yang dituntut bagi anggota mudanya dan dilakukan elitnya.
Salah satu gagasan bagus adalah memerangi hawa nafsu. Ini jelas bagus, menarik, dan sangat penting, apalagi di tengah bangsa yang sedang krisis akan rasa malu untuk korupsi. Namun apa yang terjadi? Nafsu memang  sangat luas, ada nafsu kekuasaan, nafsu seksual, nafsu untuk menguasai orang lain, nafsu untuk mengumbar amarah, dan sebagainya. Satu saja nafsu untuk tidak merampok uang rakyat.
Sebentuk tanyanya adalah, mana komitmen untuk tidak korup, usai petinggi, ketua alias presiden partai politik pertama kemudian toh tidak membaik. Malah gagasan membubarkan KPK pun dari PKS. Selain tidak memerangi nafsu korupsi, juga tidak malu berbuat salah. Koleganya merasa benar dan mencari-cari pembenar.
Memerangi nafsu yang lain juga ternyata masih sama  saja. Nafsu seksual itu paling mendasar, ketika hanya ikut nafsu itu, instingtif apa bedanya dengan maaf hewan. Menonton film porno sedang sidang dewan, baru satu-satunya ada ya anggota PKS. Menteri yang mengurus internet paling getol melakukan pemblokadean, eh menyukai salah satu konten pornografi.
Gagasan luar biasa dan tuntutan untuk menjadikan dirinya bersama orang baik, lha apa yang ditampilkan selama ini bagaimana terutama elit itu? Bersama siapa coba? Kalau menyebarkan hoax, berita separo data, selalu saja menyatakan pemerintah buruk, padahal secara umum tidak. Sekali lagi beda oposisi bermartabat atau asal berbeda itu. Ada dasar yang dipakai bukan asal bicara.