Memang tidak bisa dimungkiri era cetak memasuki masa senja, apalagi diperparah budaya baca yang sangat rendah, satu demi satu pamit, dan kini Bola yang melegenda dengan ulasan-ulasan sepak bola dna olah raga lainnya itu pun pamit untuk tidaklagi menerbitkan edisi cetak.
Internet dan kemajuan teknologi informasi sangat masif, kemudahan akses internet dan smartphone pun demikian, media cetak ditinggalkan penikmat setianya.Â
Peralihan yang sangat menyesakan banyak pihak, namun tentu saja itu  bagian utuh atas dinamikan kemajuan zaman.
Wartel terlebih dahulu menemui ajalnya, tidak terlalu lama karena murah dan mudahnya HP, pager pun tidak sempat lama menghirup udara dunia dan kembali terbenam. Semua mengalami masa masing-masing, ada yang lama, ada yang cepat hilang dan berganti.
Warnet pun sempat sedikit berjaya, kemudian berganti dengan smartphone murah yang hingga anak-anak sekolah pun bisa memilikinya. Tutup dan mau tidak mau beralih peran, dan smartphone dengan internetnya kini sedang berjaya.
Bola ternyata juga menjadi imbas, ikut menjadi korban kemajuan teknologi. Padahal banyak hal yang tidak bisa tergantikan oleh media online, khas cetak yang sangat nostalgis.Â
Contoh jelas Si Gundul itu. Benar bisa juga digambar secara maya, namun beda dengan gambar di atas kertas kecoklatan itu. Tampilan tidak semenarik digital, namun ada yang berbeda, dan itu tinggal kenangan.
Kemajuan teknologi itu tidak bisa disangkal, tidak ada yang mampu menampiknya, bagaimana manusia mampu bersinergi dan menyesuaikan dengan itu.Â
Tidak pula kemudian menjadi budak teknologi, karena pada esensinya, teknologi itu buatan manusia, digunakan untuk membantu manusia, bukan malah merendahkan manusia yang dikalahkan dan disingkirkan oleh teknologi.
Ada korban dan yang menjadi tersisih bukan berarti bahwa teknologi itu jahat, namun itu adalah konsekuensi logis atas perkembangan dan perubahan zaman yan memang harus demikian.Â
Jangan sampai dilindas zaman agar  tetap eksis dengan kemanusiaan. Manusia adalah segalanya. Ketika manusia kalah oleh teknologi, jangan harap kemanusiaan dihargai.