Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tiki-taka jadi Petaka bagi Demokrat

29 September 2018   10:19 Diperbarui: 29 September 2018   10:23 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tiki-taka merajai sepakbola Eropa dan dunia, ketika Barcelona mengusung sistem ini. Spanyol juga mengadopsi dengan baik, ketika separo punggawa Barca memperkuatnya. Itu tahun 2008-2012-an. Piala dunia 2014 Spanyol langsung kandas. Mengapa? Tak tik itu sudah dikenali, dihapali, dan bisa dengan mudah dipatahkan pelatih dan strategi lawan.

Tim Barca yang mendominasi pertandingan dan liga lokal  karena mereka memberikan sentuhan variasi, dan ganti juga pelatih. Hal ini ternyata abai oleh timnas Spanyol. Sangat wajar jika mereka kalah, meskipun tetap saja mendominasi pertandingan.

Christ John, yang sekarang jadi politikus itu, ketika bertinju ia tidak memiliki pukulan mematikan, namun mengandalkan kecepatan dan jumlah pukulan. Lawan menjadi "mabuk" pukulan dan tidak siap menerima gempuran yang bertubi-tubi. Mengandalkan penguasaan dan dominasi.

Apa yang disajikan Demokrat dan SBY beberapa waktu terakhir nampaknya tak tik tiki taka ini yang coba dimainkan. Ingat mereka bisa saja mendominasi pembicaraan di media sosial, namun apa iya bisa memenangkan pertandingan. Susah mengharapkan apa yang mereka sajikan, ketika mereka hanya bermain-main pada permainan lama, dan itu juga sudah hapal, bahwa berlaku sebagai korban.

SBY abai permainan cerdik ala Ruhut itu belum ada yang bisa mengambilalih peran tersebut. Dulu, Ruhut itu pemain jangkar ala Gatuso, bukan Si Andi Arief yang malah sering blunder dan bunuh diri. Tendangan ke mana gawang dan rekan di mana tidak jelas.

Beberapa tiki taka gagal mereka, karena umpan tidak bersambut dan penguasaan bola yang buruk. Padahal mengandalkan ketepatan umpan dan penerimaan bola, dan kecepatan dalam memberikan umpan. Apa yang ditampilkan SBY dan kolega malah salah umpan, menerima dengan buruk, da berujung kehilangan kendali permainan.

Jenderal Kardus.

Umpan cepat ala Andi Arief yang ternyata tidak bersambut dengan seragan cepat. Malah balik ke area permainan sendiri dan mentok. Penyerangan yang gegap gempita ternyata mentah di garis pertahanan sendiri dan tidak ada hasil yang sebagaimana dibayangkan.

Semua pihak yang disangka tetap saja melaju dengan lancar, dan kandidat yang mau diajukan tetap mentk jadi penonton. Lebih miris tetap mengusong orang yang dikatakannya kardus. Coba mosok mendukung kardus jadi presiden.

Khabar Asia Senintel

Dapat link dari rekan itu belum ada pemberitaan di media Indonesia, dua hari kemudian rekan lain membagikan link di grup, masih media langsung Asia Senintel, dua hari kemudian baru media, kubu SBY menyajikan ulasan ini. Susah tidak menduga ini permainan mereka sendiri. Dengan jelas tuduhan istana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun