RT 212 kedatangan orang baru, dan iya duren, duda keren yang sangat atletis, Jojo, itu atlet AG tepok bulu, kalah bodinya, karyawan BUMN lagi, dan jelas masih cukup muda. Â
Dua hari datang ke rumah di pojokan, biasa tempat mangkal para ibu kalau belanja pada Mang Sayur keliling. Ia menerima undangan rapat RT, dan di agendakan pemilihan ketua RT baru, karena ketua RT lama pindah tugas dan pindah rumah.
Kekhasan RT 212, mereka semua, bapak dan ibu, kecuali anak-anak ikut memilih, dan tidak terduga, si duren tampan terpilih untuk menjadi ketua rukun tetangga. Â Apa daya, malah malam itu bukan rukun dari para tetangga, malah jadi reseh dan resah di antara tetangga.
Mengapa demikian,  Pak RT Duren perlu yang namanya sekretaris bukan? Dan ia memutuskan Bu Bunga yang ternyata, tanpa ia tahu adalah janda cerai karena suaminya mendapat musibah  bagi Bu Bunga, namun anugerah bagi Bu Bulan,  dan intensitas pembuatan kepengurusan itu ternyata mengusik kesenangan Pak Umar, itu pri setengah baya yang untung masih ada rambut, bukan umar nama aslinya.
Si Umar ternyata sudah lama menaruh hati, hanya saja bak punguk merindukan bulan, ia takut mendekati Bu Bunga yang di depan penilaiannya terlalu jauh untuk dijangkau itu. Ia hanya bisa memberi jempol tiap Bunga membuat candaan di grup warga, tertawa paling banyak, ya hanya diwakili muka kuning banyak-banyak. Itu sudah membuatnya girang alang kepalang.
Mimpin atau indahnya seolah terbangun mendadak karena terguyur kopi yang dibawa anak semata wayangnya yang tidak mau bekerja itu. Ini juga yang membuat umar enggan mendekati Bunga meski banyak diledek di grup warga. Anaknya juga ikut ngeledek kalau bapaknya jadi bahan candan warga, apalagi Bunga juga hanya senyam-senyum saja, baik maya ataupun live.
Bidadari yang makin melayang tinggi, apalagi dengan makin dekatnya dengan si duren, ia makin kecil dan menyiut di pojokan, di tambah ronrongan si ujang yang makin kuat rokok dan minumannya itu. Ini bukan sebatas minuman ringan, tapi sudah mulai jack daniel, tidak mau lagi ia dengan cong yang, yang ia pamerkan pada teman-temannya  civas yang ia klaim sehat daripada teman-temannya yang suka ngoplos dengan obat nyamuk itu. Umar  tidak tega pada anaknya itu yang ditinggal emaknya sejak orok karena  depresi menyaksikan umar tiap pulang kerja mabuk dan mabuk.
Umar sih pendapatan tidak kurang, karena merasa lebih itu, mabuk-mabukan, baik di cafe ataupun di pos ronda dengan abang becak. Istrinya mau melahirkan terlambat ditolong karena ia lupa pulang, itu penyesalannya yang memanjakan ujang dan mabuk pun berdua, sekolah dia jawara, tapi ya itu enggan kerja, padahal tawaran mengalir karena keenceran otaknya. Â
Teman-teman kuliahnya sering minta bantuan dan dari sanalah ia mendapatkan pemasukan yang lumayan juga karena memang pinter. Uang habis juga buat mabuk bersama teman atau bapaknya. Mana mau Bunga dekat dengan dua pemabuk begituan.
Bunga itu perempuan kuat, tegar, mandiri, dan banyak bisnisnya. Ada toko emas di pertokoan yang cukup besar, yang menjalankan orang kepercayaannya, ia sama sekali tidak pernah ke sana. Ia asyik dengan ternak burungnya. Ini serius sering menang lomba di mana-mana. Nah ini kan dunia laki banget, mana ada yang bening, single lagi, di sanalah ia akrab dengan seorang usahawan sukses, cukup lanjut sih, namun jangan tanya soal burung dan keberanian menawarkan harga terbaik.
Saking kesengsemnya dengan si Bunga, ia membeli tanah dan membangun rumah di seberang rumah Bunga. RT lama pun mana bisa mencegah, atau menolak, toh uang-uang sendiri, dan perilaku mereka juga normatif, tahu adat lah.