Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memilih Prabowo Tiket Masuk Surga dan Klaim Sepihak

12 September 2018   09:41 Diperbarui: 13 September 2018   08:17 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada politisasi agama dan Tuhan, itu sangat mungkin terjadi pada siapapun, mau Prabowo atau Jokowi, toh pendukung masing-masing juga memiliki latar belakang yang relatif sama. Fanatis berlebihan kadang, dan demi memenangkan jagoan bisa menggunakan segala cara dengan kadang menyembunyikan fakta dan kebenaran yang hakiki dan universal.

Memilih pemimpin memang bisa menjadi "tiket" masuk ke surga jika benar yang dipilih itu membawa kepada kebaikan, memberikan harapan bagus untuk bangsa dan negara, serta jauh lebih banyak kebaiakn daripada keburukan. Siapa yang bisa menjawab, jelas rekam jejak dan waktu yang akan memberikan penilaian benar dan salah pilihan tersebut.

Pilihan pada sosok A akan membawa ke surga atau neraka, itu karena pemahaman sempit atas dasar latar belakang yang memang terbatas. Namun jika itu dikatakan dan dinyatakan oleh orang yang cukup  atau lebih di dalam pendidikan, pengetahuan, dan pengalamannya, jelas bahwa itu tidak benar. Pasti ada bukti yang disembunyikan, mirip pedagang yang mengatakan dagangannya pasti yang terbaik. Padahal tidak seharusnya demikian, apalagi berbicara mengenai Tuhan dan surga bukan?

Kini saatnya pemilu yang bermartabat, salah satu ciri demokrasi yang berkualitas adalah tidak akan mencampuradukan pemahaman, membawa-bawa ranah yang berbeda dalam satu wadah, dan memaksakan klaim sepihak sebagai kebenaran yang mutlak.  Sebagai sarana kampanye yang menjanjikan memang sah-sah saja, namun apakah membawa surga itu bagi hidup bersama?

 Tentu dengan mudah sebenarnya dijawab. Tidak perlu mati untuk tahu surga itu sebenarnya. Ketika hidup  damai, saling menghormati bukan caci maki, melihat perbedaan sebagai hal yang lumrah dan alamiah, itulah surga.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun