Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenaikan Dolar, Nasionalisme, dan Jiwa Kerdil

6 September 2018   14:19 Diperbarui: 6 September 2018   18:23 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keadaan ini semakin panas karena kepentingan pilpres 2019, jika beberapa waktu lalu, tidak akan sepanas ini.  Pun keadaan bukan hanya Indonesia, faktor Amerika yang memberikan faktor utama.

Masalah adalah ketika data yang ada, fakta yang terjadi itu dipangkas dan disembunyi sebagian, seolah-olah keadaan sangat genting, mirip 98, negara bisa kolaps, hutang tidak terbayar, dan seterusnya dan seterusnya. Padahal banyak fakta dan indikator yang tidak mengarah ke sana. Ini yang penting, kepentingan politik yang bisa berbahaya.

Rakyat nyatanya tidak bereaksi kog, yang ramai dan ribut itu elit, dan mereka punya dollar dan kepentingan di 2019. Jika memang mirip 98, mau tidak mereka itu memangkas gaji mereka bagi negara, apalagi yang tunjangan gede-gede seperti dewan itu? Saya ragu kebiasaan mereka mark-up, nyolong, mengumpulkan, dan bagi mereka sendiri kog mau-maunya berbagi dan memangkas. Tidak ada budaya demikian.

Mereka yang teriak-teriak dollar naik ini justru orang-orang yang memiliki kesempatan untung. Harapan mereka bukan mereda laju kenaikan, malah di dalam hati, ah nanti dulu, kan masih ada waktu, untung makin gede. Jadi seolah-olah saja prihatin, padahal sebaliknya.

Sikap kerdil dan jiwa kecil, lagi dan lagi, soal mentalitas berbangsa dan bernegara yang seolah terjajah bukan rakyat bangsa merdeka. Salah satu cirinya menghujat dan menggugat tanpa memberikan alternatif solusi, yang penting memuaskan hasrat kebencian dan rasa tidak suka semata. Tidak bersama-sama untuk membantu bagaimana bisa berperan dalam negara, namun malah menyalahkan pemerintah semata-mata tanpa mau tahu kondisi global yang bisa berkaitan.

Cepat menganalisis dan menyimpulkan, tanpa mau tahu data penunjang dengan lebih komplet dan komprehensif. Sifat kanak-kanak yang wawasannya sempit dan itu malah dominan dalam diri para elit dan pejabat negeri ini.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun