Suka atau tidak, gelaran AG sukses dalam banyak segi, prestasi jelas dengan raihan 31 emas terbanyak sepanjang sejarah keikutsertaan AG. Sukses penyelenggaraan, internasional pun memuji, soal nyinyir di dalam anggap saja angin lalu.
Sukses juga pembangunan nasionalisme dan kebanggaan berbangsa ini jauh lebih mahal harganya daripada apapun yang digelontorkan untuk itu.
Bangunan dan fisik infrastruktur itu juga penting, namun jauh lebih penting adalah rasa bangga dan nasionalisme di tengah hiruk pikuk soal kebangsaan yang sepertinya makin pudar. Ternyata semua bisa menjadi satu dan fokus sebagai Indonesia.
Latar belakang pemilihan tuan rumah, patut kita berterima kasih kepada Vietnam yang karena keterbatasan memilih mundur. Coba bayangkan mosok Indonesia kalah oleh Vietnam, sepak bola sudah ketar-ketir kalau ketemu mereka, patut ketika menjadi tuan rumah mereka mundur dan menjadikan Indonesia tuan rumah.
Sukses lagi, ini perlu menjadi sebentuk permenungan, bahwa ada berkat di dalam banyak hal. Soal waktunya pas dengan masa pemilu, ya itu rezekinya penyelenggara. Kalau buruk dan tidak sesuai ekspektasi, coba seperti apa yang akan terjadi.
Pertaruhan luar biasa yang bisa saja menjadi masalah besar jika gagal. Ternyata hal ini sudah diantisipasi dengan baik. Ini ciri kerja tim, jangka panjang, dan bukan hanya model ayam bertelor.
Model gagap dan gugup, kalau hasil buruk mencari-cari kambing hitam. Kerja berkonsep dan menyeluruh menjadi gaya baru, dan proses tidak menghianati hasil.
Gerak cepat dilakukan dengan melakukan pengayakan mana masalahnya sehingga olah raga semua jalan di tempat, bahkan ada yang mundur. Oktober 2017, pemerintah mengeluarkan PP 95 -- tahun 2017. Upaya selengkapnya bisa dilihat di Bubarkan Satlak Prima, Inilah Perpres No. 95/2017 tentang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional
Lumayan singkat dan cepat dengan melihat apa yang bisa dibenahi dalam waktu singkat. Soal ketersediaan atlet tentu seolah hal yang dilematis, mana ada anak muda, orang tua yang mau mereka menekuni dunia olah raga secara fulltime, berkaitan dengan masa depan dan kesejahteraan.
Isu, pemberitaan, dan fakta memang susah menampik bahwa mantan olahragawan itu bisa sengsara di kemudian hari. Hanya sedikit yang bisa tetap baik hidupnya. Ada pada hulu di mana ketersediaan atlet dan hilir muara ketika sudah purna.
Kedua masalah ditangani dengan lebih baik dan terencana. Apalagi juga terbukti muara yang belum terjadi sudah diantisipasi. Usai AG atlet yang mau menjadi ASN, milter, atau polisi difasilitasi.