Perginya kader-kader dari kantong Demokrat, dimulai dengan pernyataan belum tindakan Pak Dhe Karwo, pilihan TBG aksi nyata, kemudian Lukas dari Papua yang mau dipecat dan sudah punya pelabuhan  baru, terakhir Jabar dengan Demiz yang telah menyatakan siap menjadi jubir pihak yang tidak didukung Demokrat.
Posisi Sandi yang bisa leading sendirian ini yang tentu dijadikan pedoman hitungan cermat SBY. Jangan sampai Mayor (purn) AHY makin jauh dari pusat persaingan dan terdepan di dalam mengincar RI-1. Ironisnya, mereka berdua memiliki kecenderungan basis massa yang identik.
Muda dan energik, dengan segala polah yang kadang naif, toh itu menjual juga. Menyasar kaum muda dengan perilaku mereka. Jadi jika pun AHY masuk kabinet, tidak akan semenarik wapres jika Sandi menang. Kalangan mak-mak dengan sajian tokoh ganteng, itu pun sama saja.
Keduanya juga miskin prestasi birokrasi yang bisa sejajar jika Sandi tidak jadi wapres untuk 2024 tentunya. Sepuluh bulan dengan kepemimpinan yang begitu-begitu saja, bisa lah dikejar oleh AHY. Posisi RI-2 tentu jadi pertaruhan yang tidak sebanding.
Demokrat kali ini hanya agar tidak mendapatkan larangan untuk bermain di 2024. Mendukung hanya sambil lalu, dan mereka akan fokus dan mengejar pileg, toh sangat sulit untuk bisa bertahan dengan pemilih 2014 lalu. Namun jika SBY tetap dengan model yang sama seperti yang sudah-sudah, makin jauh AHY untuk bisa bersaing. Jangan lupa kader-kader lain, Risma, Ganjar, TGB, Ridwan Kamil, dan kader-kader yang sekarang belum kelihatan bisa menjadi makin berat bagi AHY.
Terima kasih dan salam