Jika perlu dua partai tersebut, sedang Andi sudah menohok PAN dengan dugaan 500 M, meskipun sangat mungkin akan dikatakan guyon, masih ada kendala lain. Jika pendaftaran slaah satu paslon itu tengah malah esok hari. Karena mereka pun perlu PKB. Keberadaan PAN dengan Hatta masih cukup berpengaruh masih bisa diatur soal emosional sesatnya, namun jika waktu, memang susah.
Sisi PKB pun tidak berani meninggalkan kebersamaan di sisi Jokowi dengan masih adanya harapan untuk menjadi pendamping Jokowi. Hal yang cukup pelik ini dan itu sangat mungkin terjadi. Toh kalkulasi hitung-hitungan politis jauh lebih aman bersama-sama Jokowi, minimal menteri masih lah dapat. Koalisi atau poros alternatif sangat kecil kemungkinannya bisa mendapatkan pemilih dengan dinamika model demikian.
Sangat kecil bukan berarti tidak mungkin, tetapi hambatan psikologi Demokrat baik bergabung dengan Gerindra, ataupun mengusung alternatif sangat kuat. Pun jika mendekati Jokowi apalagi makin tidak kecil hambatannya.
Jauh lebih realistis Demokrat tetap bersama Gerindra dan kawan-kawan, pos menteri jauh lebih menjanjikan, dan konsentrasi pada pileg. Pileg juga penting, coba bayangkan memiliki wapres misalnya, tetapi jeblok di pilihan legeslatif, bagaimana partai memiliki muka.
Waktu normal sudah menjelang ini, ingat Nuer dari Jerman yang maunya menjadi penyelamat, eh malah menjadi bluder, lebih baik Demokrat konsentrasi pada gelaran 2024. Jauhi hiruk pikuk yang memunculkan polemik lagi.
Memang mereka ahli dalm playing victim, toh tidak akan mesti berhasil, melihat juga kondisi dan keadaan berbeda-beda tentunya.  Daripada gagal total,  lebih baik dapat sesuatu yang bermakna.
Hentikan caci maki dan saling tuduh yang tidak karuan. Kalau jadi "besan" pa yo tidak sungkan. Politik ini  bukan kawinan.
Jauh lebih realistis menitipkan AHY jadi menteri di kabinet siapapun, dan moncer di sana, daripada tidak sama sekali. Pilihan jangan emosional pun rasional sepenuhnya juga, sisi rasa juga penting. Di sini point penting bagi Demokrat, salah langkah habis.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H