Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Demokrat Datang, Dua Parpol Meriang

1 Agustus 2018   19:01 Diperbarui: 1 Agustus 2018   19:28 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Demokrat mengubah banyak dinamika kebersamaan Prabowo dan pendukung setianya. Kedatangan SBY tentu mengubah banyak hal dengan kondisi lebih kuat dalam banyak hal, modal kapital, modal pengalaman, dan sosok, membuat makin pening mau memilih yang mana. Belum lagi tambahan dari kelompok yang diyakini akan membawa dampak signifikan.

Keberadaan rekomendasi ini bukannya memudahkan, malah membuat makin ribet. Wajar ketika PKS memilih opsi untuk abstain saja, atau PAN yang belum juga menyatakan dengan gamblang.

Susah untuk menepikan Prabowo, artinya slot hanya satu yang akan dijadikan sasaran oleh PAN, PKS, dan menjelang waktu pendaftaran eh nyelonong gerbong yang jauh leih kuat dalam banyak hal. Tentu saja Prabowo dengan Gerindra girang, namun dua partai lain meriang. Mana ada yang bisa mengalahkan Demokrat dengan SBY dan calon yang dbawa.

Semua jelas tahu dengan baik tidak punya bekal selengkap tawaran SBY, inipun diamini oleh Prabowo. Belum lagi rekomendasi ulama, yang dalam satu sisi menguntungkan PKS, namun jangan lupa PAN pun tidak mau mendukung gratis, pun Demokrat, bisa ribet, ini masalah baru.

PAN, kondisi yang serba susah, beberapa hal yang membuatnya makin susah. Alasan jelas suara mereka sangat kecil, meskipun menang dengan PKS, mereka sudah mendapat jatah kemarin, periode 2014, jadi tahu dirilah. Sisi lain mereka tidak mau juga mendukung tanpa mendapatkan apapun.

Dua, mereka min dua kaki dalam periode kemarin, kebersamaan Gerindra-PKS yang relatif solid jadi "terganggu" apalagi ada keberadaan Amien Rais, ini alasan ketiga, yang membawa arah berbeda dengan pengurus yang ada. Empat, Zul juga tahu kondisinya tidak cukup signifikan untuk bisa bersaing dengan lebih baik.

Diperparah dengan beruntunnya penangkapan demi penangkapan kader PAN oleh KPK. Ingat Demokrat dan  PKS pernah merasakan kejamnya hajaran korupsi ini bagi suara mereka. Kedua parpol itu benar-benar terpuruk dan tidak sempat memberikan daya untuk bisa pulih waktu pemilu, dan sangat wajar jika PAN akan mengalami hal yang sama.

Dualisme kepemimpinan, formal dan tidak di sana juga membuat kebingungan kader dan simpatisan. Sangat mungkin pengurus formal tetap mau mendukung pemerintah, bagaimana mereka tidak malu dihajar Ngabalin dengan begitu vulgar, maka kesempatan terbuka ini tentu akan mereka pergunakan. Susahnya jelas pada sisi Amien Rais, sebagai pemilik partai yang tidak akan merelakan partainya ada bersama Jokowi.

PKS jelas tahu dengan baik, bagaimana keberadaan mereka itu dibandingkan dengan Demokrat dan SBY. Mereka tahu dengan baik, karena pernah bersama-sama selama sepuluh tahun. Sosok SBY tentu jauh lebih menjual, belum lagi AHY selalu di depan dalam survey, yang suka atau tidak tetap menjadi tolok ukur dalam banyak hal. Mereka tahu persis, tidak heran mereka "memaksa" yang toh tidak juga terjadi untuk mengambil salah satu dari sembilan nama sebelum Agustus.

Ide untuk "menepikan" Prabowo dan mengusung Anies-Aher, atau Anies-AHY pun naga-naganya tidak cukup menjual, dengan indikasi tidak ada respons signifikan dari banyak parpol dan pihak. Artinya, sangat tidak mungkin menyingkirkan Prabowo dalam kondisi ini. Posisi yang sangat tidak mengenakan banyak pihak tentunya.

Keberadaan rekomendasi ulama juga tidak membuat mereka lebih mudah dan percaya diri. Bagaimana friksi di dalam pun masih kuat. Assegaf masih mendapatkan tentangan paling tidak dari Fahri yang getol pada nama Anis Matta. Ini tentu bukan khabar baik di dalam kebersamaan apalagi jika di dalam saja tidak solid, bagaimana di luar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun