De  Gea yang sejak awal memang sudah merasakan bolanya aneh dan bisa menjadi masalah, merasakan sendiri, bagaimana bola yang di dalam tangannya, bisa menjalar di lengan dan menjadi gol. Tendangan Ronaldo memang memiliki efek yang tidak biasa, ditambah bola yang memang sejak awal ia tahu sulit diantisipasi. Padahal jika dilihat sekilas sangat mudah, jadi apa yang dinyatakan atau keluhan kiper MU ini jauh hari menemui buktinya. Fakta yang membenarkan keluhannya.
Blunder yang dilakukan Nuer karena hendak membantu penyerangan. Ketinggalan satu gol, ia naik untuk membantu tendangan sudut, hal yang sangat wajar dan biasa dilakukan kiper di manapun dengan kondisi demikian. Sangat normal dengan harapan jika bisa menyamakan kedudukan ada kesempatan lebih baik di klasemen, eh malah bola bisa dijadikan gol dengan umpan panjang, sedang gawang melompong dan malah menjadi 2-0, bukan lagi 1 -0 atau inginnya 1-1. Â Ini bukan soal bola namun mengenai keputusan yang ternyata salah
Dan ini ternyata menjadi inspirasi politik bagi bangsa yang politikusnya minim prestasi dengan mimpi dna takhayul berlebihan. Syukurnya keduanya tidak lolos, entah jika Korsel lolos entah apa yang akan terjadi bagi para politikus itu.
Cuplikan dari kelimanya pun bisa disaksikan dalam link ini.
Blunder-blunder yang ada memang ada yang menghentikan laju perjuangan seperti Uruguay, atau meruntuhkan mental sebagaimana dialami Argentina, atau makin menenggelamkan model Jerman, dan biasa saja sebagaimana Perancis karena posisi menang besar. Atau menyulitkan sebagaimana Spanyol karena pertandingan perdana, namun cukup menyulitkan langkah selanjutnya memang.
Namun patut menjadi pelajaran adalah tidak ada hujatan berlebihan bagi kelima kiper, permainan tim, ada kesalahan bukan berarti menjadi tanggung jawab pribadi. Hal ini pelajaran bersama sebagaimana kebiasaan dan tradisi di sini jika ada kesalahan akan terus menerus diingat, dijadikan rujukan, dan bulan-bulanan. Sikap rekan dan tim yang tetap mendukung itu penting dan sangat bermanfaat.
Kesalahan itu sarana untuk berkembang menjadi lebih baik, bukan menjadi sarana untuk melakukan pelecehan, pembullyan, dan melakukan caci maki seolah jauh lebih hebat. Padahal tidak sesederhana itu, hitungan detik untuk mengambil keputusan, salah sangat wajar. Faktor pemain dan bola memang ikut berperan dalam keadaan yang tentu tidak diinginkan tersebut.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H