Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PAN dan Kelucuannya, Dari Menyodorkan Muhaimin hingga Menggoda Golkar

8 Mei 2018   05:20 Diperbarui: 8 Mei 2018   07:25 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Sumber: kompas.com)

PAN dan kelucuannya, dari menyodorkan Muhaimin hingga menggoda Golkar, memang politik itu cair, namun ya ada lah sisi kepatutan dan kepantasan. Ketika mendapat jatah menteri dan enyatakan mendukung pemerintah, toh dalam perjalanan lebih baik yang sejak awal memilih berseberangan. Apalagi  menjelang suksesi dan gawe demokrasi terbesar ini.

Susahnya PAN adalah masih ada dua matahari dan bulan yang susah untuk saling mengalah. Satu sisi bulan itu Amien Rais yang secara AD-ART tidak memiliki kekuasaan namun secara de fakto sangat mengangkangi PAN itu sendiri. Ketua umum malah kalah, posisi besan sendiri lagi. Matahari pun kalah oleh bulan, wong nyatanya "pemilik" PAN, tetap Amien Rais. Ironisnya banget, ketika anak kandung reformasi ternyata jauh lebih kaku dan tradisional daripada Golkar, apalagi P3.

Mendorong Jokowi untuk memilih Muhaimin. Semua juga paham, posisi Muhaimin. Suara yang tidak signifikan, kursi jelas sama saja. Mengandalkan NU, toh Muhaimin bukan representasi langsung NU. Nada memecah belah ada Golkar di sana yang jika mau memberikan masukan jauh lebih jelas dan baik arahnya. Nyatanya tidak ada pembicaraan soal itu. Aneh masukannya, wong mereka juga ngarep kog.

Malah bisa dibaca dengan telanjang bahwa kalau dengan Imin, sangat mudah kami kalahkan, saya akan bersama  Prabowo. Sangat aneh masukan yang selain potensi memecah belah juga terlihat gampang dibaca ke mana arahnya. Akan berbeda jika menyodorkan nama dari Golkar misalnya. Itu ada unsur realistis juga.

Lucunya lagi mereka juga sering bersama untuk menggagas poros ketiga bersama Demokrat. Sanngat aneh, atau mau menendang PKB agar menyingkirkan potensi kebersamaan dengan Demokrat, dan posisi terkuat saat ini Jokowi makin lemah karena pendampingnya yang sangat lemah itu?

PKB dan PAN ini secara kursi dan suara juga tidak jauh beda. Kursi PAN memang lebih banyak, sedang suara PKB jauh lebih besar.  Kursi hanya selisih, dua, soara ada pada angkat, kisaran 1,5%.  Tidak gede-gede amat. Malah nanggung iya.

Kelucuan kedua, soal mau menggoda Golkar untuk keluar dari pendukung presiden. Ternyata ini mengapa mereka mendukung Muhaimin bukan menyorongkan nama dari Golkar. Golkar sangat signifikan karena dengan 91 kursi dan suara nasional 14,75%. Sangat signifikan bangunan kebersamaan rancangan PAN ini jika terealisasi.

Ini bukan semata tidak mendukung Jokowi, malah menikam dari jauh dengan pola pendekatan pada Golkar ini. ingat Golkar jauh lebih dini mendukung Jokowi, bahkan lebih awal dari pada Nasdem, PDI-P, dan Hanura. Memang PDI-P dengan Hanura saja lebih dari cukup di dalam pengusung Jokowi, namun merongrong kebersamaan pihak lain, jelas bukan perilaku etis di dalam berpolitik. Beda jika belum menyatakan sikap dengan jelas.

Golkar pun sudah bersikap dan menyatakan dengan jelas, lucu kalau sudah menyatakan dukungan sejak dini malah meninggalkannya. Pun posisi Golkar sangat berbeda kini dengan kepemimpinan muda yang tidak selicik dulu. PAN kini jauh lebih kasar dari perilaku Golkar dan PKS di kabinet yang dulu.

Mengapa senaif itu perilaku PAN? Pertama, soal dualisme kekuasaan yang ada di dalam PAN. Realistis, susah menang ada di kubu selain Jokowi, mereka paham betul dengan hal itu. Omong kosong yang menyatakan pihak lain yang kebih kuat. Jika tidak mengapa gamang dan bicara tidak karu-karuan.

Faksi di dalam PAN tetap saja terbelah ada yang realistis untuk tetap di dalam kelompok pendukung Jokowi. Realistis karena melihat fakta dan kenyataan yang ada. Posisi lain, barisan yang waton bukan Jokowi dengan motor Amien. Jelas mereka ini juga tahu, kualitas Jokowi, karena ditolak di masa lalu lah jadi seperti itu pola pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun