PKS masih bisa digoda dengan Gatot menjadi kader mereka. Dengan kata Kivlan soal uang yang besar tentunya sangat menggiurkan. Ada peluang di sana. Dengan kekuatan finansial dan elektabilitas cukup signifikan dibandingkan kader mereka sendiri, tentu lumayan menjanjikan. Memang akan sulit, namun peluang tetap ada.
Demokrat, sangat kecil kemungkinannya, karena adanya AHY yang mau dibesarkan, jika di bawah bayang-bayangkan Gatot, tentu malah jadi hambar. Anas kedua bisa tercipta. Mereka akan  enggan memiliki matahari kedua, apalagi masih ada TGB yang potensial menggerus AHY juga. Sangat kecil kemungkinan Demokrat mau mengusung Gatot jadi RI-1 ataupun RI-2.
PKB masih cukup terbuka, dengan melihat deklarasi pfrematur mereka. Ada potensi ditolak oleh pendukung dan pengusung Jokowi, mereka tentu tetap akan memaksakan Imin jadi bakal calon. Nah potensi ini bisa dimmanfaatkan.
Masalahnya, kursi mereka pun suara mereka tidak cukup signifikan. Â Mengambil satu saja yang sudah menyatakan mendukung Jokowi, sangat tidak mudah.
Memang secara hitung-hitungan matematis kursi dan suara nasional bisa, namun secara politis sangat sulit  terwujud. Hangat psikologis politis cukup signifikan di perpolitikan bangsa ini. Memang masih  cukup terbuka, jika:
Gatot masuk PKS kemudian bersama dengan PKB dan PAN mereka bersama-sama. Memang cukup melampaui PT. Secara kursi nasional mereka mampu melampaui. Namun hambatan siapa dapat apa memang semudah itu? PAN akan dapat apa jika demikian? Memang ada yang gratis.
Elektabiltas yang cukup tinggi bagi Gatot Nurmantyo belum cukup signifikan untuk membawanya ke kontestasi pilpres, baik sebagai capres ataupun cawapres. Ini bukan soal egoisme parpol, namun partai politik itu kendaraan masing-masing ketum untuk menjadi, minimal menteri lah. Nah di sinilah yang perlu Gatot pahami.
Akan lebih bijak jika energi dan jelas materi dipakai untuk mendukung salah satu kandidat yang dirasa memiliki kesamaan perjuangan, dan berharap menjadi menteri dan kemudian mendirikan partai politik.
Jika demikian pintu jauh lebih terbuka di kemudian hari. Waktu tidak cukup untuk meyakinkan partai politik, meskipun cukup soal keterpilihan. Politik bukan matematika.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H