Penegakan hukum hanya di atas kertas. Â Nyatanya polisi mengawal pelanggar saja dengan seragam lengkap lho, padahal bis sebenarnya memberikan "tekanan" pada parpol untuk menertibkan massanya untuk tertib berlalu lintas. Ironisnya pengawal dari parpol dengan gagah perkasa pun melanggar peraturan dasarnya, helm, kepalanyaterlindungi kerennya baret partai. Â Jika yang sepele saja tidak bisa taat, apalagi yang lebih besar, seperti azas dan komitmen seperti ideologi dan hidup bersama.
Partai politik dengan gawai besarnya pemilu lima tahunan dan pilkada sejatinya adalah barometer kemajuan berpolitik dan berdemokrasi. Ternyata masih sama saja, sami mawon levelnya belum beranjak. Demokrasi akal-akalan ala bandit demokrasi yang mewarnainya. Susah berharap banyak jika demikian. Apakah yakin jika gambaran arogan, boros, dan pelanggar peraturan demikian bisa menjadi pejabat bersih, tertib hukum dan azas, serta berjalan sesuai dengan jalur demokratis?
Kehendak baik dalam berdinamika di dalam politik. Susah mengharapkan lebih baik jika mental dan sikap batinnya tidak berubah. Hingar bingar boleh, namun tertib dan tidak membuang sampah sembarangan itu juga penting. Jika hal sepele tersebut bisa, pemerintahan bersih bisa diharapkan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H