Di Jakarta mereka ada Gerindra yang cukup kuat, plus pecahan Golkar, tidak solidnya PDI-P, dan  permainan SARA yang sukses. Kalau kali ini belum ada momentum yang akan bisa membuat suara PAN 7% bisa mencapai minimal 20%. Mark up bagaimana, toh semua isu strategis dan seksi yang dimainkan juga tidak berkembang menjadi bagus bagi suara PAN.
Pembelaan mereka pada KPK bak berteriak di padang guru, tidak ada gaungnya karena bersamaan dengan kasus demi kasus yang membelit mereka sendiri. Pembelaan mereka seolah dipatahkan dan dinegasi secara angsung tanpa lama oleh perilaku kader dan elit mereka sendiri. Paling banter mereka mau bersaing dengan PKS untuk menjadi pendamping Pak Prabowo, kalau menjadi rekan Pak Jokowi nampaknya susah karena Simbah sudah antipati nampaknya. Aneh juga profesor ilmu politik malah tidak bisa molitik. Ada lawan abadi baginya.
Tidak akan jauh-jauh, paling juga bareng Pak Prabowo lagi. Jika demikian, jelas kualitas mereka yang penting kursi bukan politik bermartabat. Ada menteri di kabinet tetapi tidak mau tahu repotnya pemerintah. Ada pemilu dengan tanpa merasa sungkan balik kandang dan arah.
Apa partai dan pribadi demikian pantas jadi pemimpin?
Salam Â
Â