Deklarasi AM Hendropriyono dan Luhut BP, antara olok-olok dan kelogisannya, bagaimana masuk dalam nalar dengan keberadaan kedua sosok ini. Jauh lebih banyak  candaan, olok-olokan, dan jika benar, malah menjadikan mereka berdua bahan tertawaan saja.Â
Bukan bermaksud melecehkan atau meremehkan keduanya, namun "modal" mereka berdua sangat minim untuk bisa bersaing di dalam kontestasi selevel pilpres. Beberapa hal yang memperlemah bahwa itu fakta sebagai berikut:
Duet militer-militer,bukan barang jualan yang laris manis. Masa lalu dan kisah yang melingkupinya masih kuat terpatri. Â Salah satu militer masih wajar. Ingat saat 2004, banyak militer yang masuk dalam rivalitas untuk menuju istana. Toh tidak ada yang dua-duanya militer. Tidak ada yang berani militer menggandeng militer. Hal yang sama masih akan terjadi untuk ke depannya. Artinya, yang memainkan isu ini, tidak terlalu dalam menyandingkan calon.
Parpol pendukung. Ini sangat fundamen, bisa saja PKPI mengusung Pak Hendro, namun apa cukup, sedang kursi di parlemen saja tidak punya. Golkar di mana Pak Luhut aktif, susah bisa memegang Golkar dengan  faksi-faksi yang ada. Sangat susah untuk memiliki kendaraan yang akan mengusung mereka. Partai lain pun telah memiliki "jago" masing-masing. Apalagi ini paket komplit, siapa yang mau mengantar dengan penumpang penuh tanpa ada andil dari parpolnya.
Isu agama, sangat tidak mudah.Hal yang krusial soal agama. Lihat saja DKI kemarin, meskipun jauh lebih karena pribadi Ahok bukan agamanya, namun ini level wakil presiden lho.Â
Memang bukan tidak mungkin, namun sangat sulit. Semua sih bisa saja terjadi, hanya hampir mustahil tanpa menimbulkan gejolak dan penolakan. Senjata empuk, jika pun berpindah agama. Sangat lemah untuk ada pasangan ini, dengan latar belakang seperti ini.
Keduanya bukan seolah yang moncer dalam pemilihan, keterpilihannya tidak tinggi meskipun cukup populer. Walaupun petinggi negeri, militer, dan orang terkenal, namun soal keterpilihan sangat meragukan.Â
Mereka bukan pribadi-pribadi yang membuat orang langsung suka dan memilih. Tentu bukan pula orang buruk atau jelek dalam arti apapun, namun untuk menjadi pemenang dalam pemilihan langsung, sangat lemah. Â Masih banyak figur lain yang bisa melampaui mereka berdua. Jarang juga mengejutkan dalam survey-survey.
Termasuk generasi tua, tidak lagi menjanjikan. Generasi di bawahnya mulai banyak, level Agus Yudoyono saja berani berkiprah kog, mosok orang-orang setua ini masih juga masuk glanggang secara langsung.Â
Mereka masa lalu, tidak akan bisa dalam pemilihan. Namun pemikiran, pengalaman, dan kewibaan mereka masih banyak dibutuhkan. Pengabdian di mana pun masih bisa buat mereka berdua.
Pengalaman puntidak menjanjikan. Memang mereka berdua jenderal, pengalaman di dunia mereka lengkap, namun untuk politik dan birokrasi mereka tidak cukup mumpuni. Masih banyak orang yang lebih meyakinkan dan menjanjikan untuk menjadi RI-1 dan RI-2.