Pak Jokowi, daripada Cak Imin, Mendingan Pak Mahfud MD
Pak Jokowi daripada Cak Imin, mendingan Pak Mahfud MD sebagai bakal calon wakil presiden periode mendatang. Kemarin dalam salah satu acara kepresidenan, Pak Jokowi membawa Cak Imin. Langsung banyak tanggapan mengenai hal ini, karena posisi Cak Imin yang tidak ada kaitan secara langsung dalam acara tersebut.
Di salah satu jalur paling padat di Jawa Tengah, pertigaan Bawen, jalur antara Semarang-Jogja/Solo dan sebaliknya mulai ada baliho Cak Imin. Prediksi soal bacapres sangat mungkin. Hal ini pun sudah beberapa kali mencuat. Sangat wajar dan alamiah. Membaca potensi Cak Imin dalam kontestasi bakal cawapres, layak dikaji.
Memang masih cukup muda, secara usia. Ketua umum partai politik yang cukup besar, apalagi jika berbicara kaitannya dengan NU. Pengalaman di kementrian dalam kabinet masa lalu, cukup kuat dan cukup menjadi bekal yang baik. Cukup menjanjikan, namun sebatas cukup. Jika melihat rekam jejak prestasi, maaf sangat kurang. Bagaimana Cak Imin menjadi menteri dalam kabinet Pak Beye, tidak ada prestasi yang luar biasa, gebrakan yang layak mendapatkan acungan jempol dan bisa menjadi tonggak prestasi besar.
Apalagi jika berbicara dan menilai kiprahnya sebagai politikus. Jelas yang pertama dan utama soal "pengambilalihan" partai yang berpolemik dan berkepanjangan. Hal ini apakah menjadi jaminan pemilih dari NU akan bulat memilih Cak Imin? Jelas tanda tanya besar. Toh posisi dan suara PKB juga tidak bisa setegar kala awal reformasi bergulir. Masa itu ada almarhum Gus Dur. Di bawah nahkoda Cak Imin, susah bergerak dan hanya begitu-begitu saja. Artinya baik sebagai politikus ataupun birokrat sangat biasa.
Belum lagi jika menyangkut isu korupsi. Masa itu, susah menyatakan menteri bebas korupsi, dengan kacamata kini, bisa saja yang dulu dianggap wajar bisa menjadi korupsi. Sedih jika bakal calon wakil presiden pernah dipanggil KPK dengan pemeriksaan yang bisa berujung menjadi tersangka dan selanjytnya.
Bandingkan dengan rekam jejak Pak Mahfud MD, satu saja catatan minir paling pada kisah pilpres lalu yang menjadi timses kubu Pak Prabowo. Toh di sana tidak ada masalah, masih berjalan pada koridor yang baik. Tuntut menuntut tidak ikut kog. Rekam jejak sebagai akademisi, politikus, dan berorganisasi tidak kurang-kurang.
Suara NU dan PKB malah lebih menjanjikan dibandingkan Cak Imin. Tidak ada "dosa" yang menodai kiprahnya di dua lembaga itu. Madura sangat kuat dan jelas jauh lebih membantu suara bagi paslon yang membawa.
Prestasi MK juga jauh lebih menjanjikan, bisa dibandingkan dengan kepemimpinan hakim lainnya. kisah tragis tidak begitu kuat dalam kepemimpinannya, kalau tidak salah, hanya soal surat Andi Nurpati yang menyeret satu hakim, korupsi dan hal yang lebih besar tidak pernah terungkap dalam masa kepemimpinannya.
Menanggapi isu dan keadaan terbaru juga jauh lebih menjanjikan. Soal UU Ormas, keterpihakan pada Pancasila jelas dan lugas, tidak segan-segan berdiskusi panas dengan banyak pihak yang berseberangan gagasan dan ide. Pun mengenai radikalis yang sangat panas, Pak Mahfud mengungkapkan buah pikirnya yang sangat mendukung Pancasila dan itu jelas dengan lugas dinyatakan. Mengenai kasus korupsi yang menyeret ketua DPR pun cukup berani dan ranah hukum yang dikedepankan, bukan membela bak babi buta atau mendoron dengan berlebihan.
Dukungan pada pemerintah juga jelas dan tidak kelihatan kalau cari perhatian dengan sangat vulgar dan kasar. Masih terukur dan dalm koridor kepantasan. Menggunakan akal sehat dan tidak berlebihan.