Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudirman Said, "Lulus Cepat", Apakah Jaminan bagi Jateng?

16 Desember 2017   12:22 Diperbarui: 16 Desember 2017   12:31 1752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudirman Said, "Lulus Cepat", Apakah Jaminan bagi Jateng?

Sudirman Said, saat deklarasi dukungan dari Gerindra, ketua umum partai politik ini menyatakan "Lulus cepat dari kabinet, ya untung saya, "kira-kira begitu, yang dikatakan kepada Pak Anies yang sama-sama hasil "akselerasi dari kabinet periode ini. Entah apa artinya, yang jelas bahwa hanya Pak Prabowo yang paham banget akan arti kalimat itu.

Sudirman Said bagi Jawa Tengah. Entah apa yang mau dijual untuk bisa meyakinkan masyarakat Jawa Tengah sehingga bisa memilih dan memercayainya. Menghawatirkan jika justru hanya menjual model Jakarta di dalam kampanya dan "menjual" diri di dalam alam demokrasi yang masih sektarian, sekadar populis, dan abai akan rekam jejak. Susah menakar ke mana arah "jualan" yang bisa menyajikan kemonceran ide, gagasan, visi untuk bisa menjual "brand" yang namanya Jawa Tengah. Beberapa hal yang bisa dilihat dari kekurangan Jawa Tengah:

Soal daerah, kawasan wisata cukup kaya, bahkan sangat kaya, namun tingkat kesejahteraan warga masih kalah dengan tetangganya. Potensinya belum tergarap dengan baik, belum ada program yang benar-benar menjual. Termasuk kata gubernur Ganjar yang mengatakan kalau lewat darat, masuk Jateng itu pasti terbangun, artinya jalan dari baik ke buruk. Demikian juga dari Jatim ke Jateng hal yang sama akan terjadi. Apa yang mau dilakukan.

Kawasan industri sangat bertebaran, Kab. Semarang, Klaten, Boyolali, Karanganyar, Sragen, dan mirisnya itu adalah lumbung padi, tanah dan sawah yang sangat subur, berubah jadi kawasan industri dan perumahan. Kawasan jauh kurang subur banyak namun tidak pernah digeser atau memaksa investor ke sana, takut? Apa yang bisa dilakukan, termasuk meningkatkan kesejahteraan warga.

Jangan lupa, kampung baru hasil industri itu membuat kerawanan sangat potensial, terutama narkoba, belum lagi teroris yang "berpusat" di Jawa Tengah. Kerusakan sosiologis dan antropologis yang tidak bisa dikesampingkan atas kemajuan sangat terasa di kisaran kawasan industri. Memang makin maju dengan pembangunan fisik, namun mental manusia? Apa yang ditawarkan coba?

Jangan sampai karena mengejar popularitas malah menghancurkan kedamaian, ketenangan, dan ketenteraman di Jateng. Jateng lumayan kondusif, lumayan menjadi daerah yang sangat kecil konflik keagamaan yang dibuat-buat, meskipun jelas-jelas punya daerah basis gerakan radikalis. Uniknya justru tidak pernah terdengar gejolak intoleran di Jateng secara berlebihan. Hal ini jangan sampai dinodai oleh perilaku instan cagub dan parpol yang haus kekuasaan. Kecenderungan potong kompas dengan politik dan kampanye rasis sangat terasa.

"Akselerasi" dan kebersamaan dengan kelompok atau partai politik yang "suka" menjual agama, primordialis, dan mengejar "ketertinggalan" yang amat sangat, bisa menjadi potensi besar berubah menjadi aktual di dalam mencapai impian. Sangat ironis jika demikian, karena Jateng yang hidup dengan baik di dalam kebhinekaan bisa berubah total jika pilkada dijadikan lahan identik dengan Jakarta kemarin. Jauh berbeda Jakarta dengan jawa Tengah. Kandidat semua sama, apalagi mau dicari-cari dengan  hantu komunis? 

Sangat tidak relevan. Jelas agama sudah sama. Mau dipakai ras juga? Aneh dan lucu, karena toh semua sama saja. Apalagi, partai-partai masih diam seribu bahasa dengan siapa mengusung siapa dan siapa akan jadi apa. Baru jelas Gerindra dengan bakal calon gubernur Sudirman Said, kemungkinan akan bersama PKS dan PAN, dan mau bergabung dengan siapa sebagai wakil. PDI-P dan Golkar sebagai jawara di sini masih rapat menutup celah untuk mengintip siapa yang akan diusung.

Masalah KTP-el yang berlarut-larut memang membuat Pak Gantar sebagai incumbent susah untuk bisa diusung dengan serta merta. Meskipun tidak ada capaian yang sangat menonjol, toh tidak ada masalah yang berlebihan, kembali kecuali soal KTP-el di masa lalu. Hal ini juga yang kemungkinan membuat PDI-P lambat menyatakan pendapatnya. Toh PDI-P tidak kekuarngan stok di Jateng dan cukup moncer dan populer juga. Ada Bupati Kudus yang sudah lama bergerilya untuk naik jabatan, meskipun belum mendapatkan apa-apa. Ada juga  waikota Semarang yang sudah mendapatkan banyak penghargaan akhir-akhir ini. PDI-P tidak kekurangan stik, apaagi bupati Sukoharjo juga sudah menyatakan siap. Kesiapan banyak, restu yang belum ada.

Siapapun pemimpinnya tidak ada perbedaan signifikan bagi masyarakat, asal cara mencapainya bermartabat. Mau Sudirman Said, mau Ganjar Pranowo, atau  Marwan Djafar, atau siapapun, asal membangun daerah Jawa Tengah jauh lebih maju, baik infrastruktur, pendidikan, masyarakat yang lebih baik bukan malah mundur, tidak ada bedanya. Asal bukan malah  membuat kotak-kotak yang tidak berguna. Toleransi sudah baik, tidak perlu dirusak dengan keinginan sebagian pihak yang tidak dewasa dalam berdemokrasi. Menjual program dan prestasi jauh lebih baik daripada membeli dengan fitnah, kedengkian, apalagi jika menjual ayat demi kepentingan sepihak dan sementara saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun