Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jika Bukan Dokter dari RSCM dan IDI, Dokter mana yang Dipercaya oleh Setnov?

13 Desember 2017   14:08 Diperbarui: 13 Desember 2017   22:08 2917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika bukan dokter RSCM dan dokter IDI, berarti ada yang lebih sahih pengakuan dan pernyataannya, ini pola pikir hakim dan pengacara Setnov. Menarik drama baru, yang disajikan Setnov, terutama jelas pengacaranya.  Bagaimana bisa tiga dokter dari RSCM menyatakan sehat dan tiba-tiba menjadi sakit dan mengaku diare sampai buang air 20 kali, penjaga mengatakan ke kamar kecil hanya dua kali. Hakim mendengarkan itu dan menghentikan sidang untuk diperiksa lagi.

Menarik apa yang bisa dicermati dalam drama ini. Bagaimana bisa mengaku sakit, buang air yang di-mark up,sampai sepuluh kalinya,  badannya masih kuat  untuk  bangun. Buang air dua puluh kali, di tahanan, dan usia setua itu, stres lagi, bisa diyakini tidak akan bisa bangun. Jelas ini perlu dibutikan lebih lanjut.

Ditanya hakim tidak bisa menjawab, namun ketika izin ke kamar kecil bisa jelas dan terdengar oleh hakim. Artinya, ia bisa bicara dengan wajar. Juga bagaimana diskusi dengan pengacara toh bisa, hanya pada hakim ternyata suaranya hilang dan sakit.

Mengaku sakit empat hari diare tidak diberi obat. Bayi di Brebes baru semalam dan ditolak Puskesmas meninggal. Artinya, kalau empat hari, sudah tidak akan bangun lagi. Pengakuan pihak KPK apa yang dilaporkan adalah batuk, ternyata diare. Tidak ada dua kebenaran, hanya satu, siapa bohong siapa tidak.

Rekam jejak juga memberikan signal bahwa Setnov jauh lebih tidak bisa dipercaya. Bagaimana sakit keras dengan adanya photo terbaring tidak bisa apa-apa, begitu bebas dari kasus hukum, tiga hari kemudian sehat walafiat dan masuk kantor seolah tidak ada masalah sama sekali. Jalan tegak, senyam senyum seperti biasa, bahkan bisa melakukan peletakan batu pertama kantor Golkar, kalau tidak salah. Aktivitas normal, bisa jalan, bahkan di lapangan sekalipun.

Kecelakaan, kondisi dicari KPK, katanya, mantan pengacaranya mengatakan  dahinya benjol sebesar bakpao, padahal jelas-jelas tidak ada yang memarpun tidak. Apalagi sopir yang di depan tidak mengalami luka sama sekali, bagaimana yang belakang bisa benjol sebesar bakpao.

Itu dari segi rekam jejak dan perilaku Setya Novanto. Bagaimana dengan pengacara dan keputusannya untuk diperiksa oleh dokter bukan milik KPK?

Bagaimana bisa kesehatan dinyatakan dokter selain dari IDI, ini menarik, apa mau diperiksa dokter anak? Toh Setnov bukan anak-anak, atau dokter gigi? Kelucuan luar biasa. Apalagi RSCM. Jika RSCM saja diragukan bagaimana rumah sakit kecil, di daerah, dan level puskesmas?

Apa sih yang dimaui? Jelas bahwa persidangan hari ini batal untuk bisa memulai persidangan dengan baik, dalam artian kalau Setya Novanto sakit, tidak bisa bersidang dengan baik, dan sidang menjadi gagal. Harapannya sidang pra peradilan besok atau Jumat masih bisa diharapkan bahwa KPK berlaku dengan tidak semestinya, dan gugur lagi status tersangkanya.

Lembaga sekelas IDI, rumah sakit sekaliber RSCM, apa juga mau meruntuhkan reputasinya dengan memberikan rekomendasi orang sakit untuk di sidang? Tentu sangat kecil kemungkinan ini. Ada konspirasi KPK, IDI, dan RSCM? Apa tidak malah sebaliknya? Pihak satunya yang mau berekayasa untuk kasusnya sendiri.

Persidangan ini menjadi pembelajaran untuk ke depan, bagaimana keterangan yang bisa menjadi rujukan. Jangan sampai nanti, ada rujukan dari rumah sakit A bisa mentah karena rujukan dari RS B atau dokter Z hanya karena kepentingan seseorang atau sekelompok orang. Menyaksikan persidangan kali ini, hakim jelas menyingkirkan kualifikasi ketiga dokter dari RSCM dan IDI, dengan memberikan kesempatan pemeriksaan ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun