Politik Senyap Ala Presiden Jokowi
Politk senyap ala Presiden Joko Widodo memang menjadi pilihan. Tidak heran banyak orang yang kaget, khawatir juga, dan tercengang melihat apa yang menjadi keputusan, pilihan, dan kadang juga langkah yang tidak terduga. Cukup banyak apa yang presiden ambi dengan diam-diam, tanpa konferensi press, tidak perlu mengadakan pertemuan dengan mengundang ketua partai politik, tokoh politik, atau wartawan.
Terbaru, soal penggantian panglima TNI yang akan gaduh jika presiden mengundang  ketua-ketua parpol dan juga  panglima TNI. Sangat senyap, bahkan panglima yang au digani pun tidak tahu, maka masih merotasi pejabat tinggi militer. Ada menterei ke dewan, dan dari dewan lah tersiar kalau akan ada pergantian panglima dan satu nama saja.
Hal ini juga identik dengan kepala kepolisian yang begitu gaduh waktu itu. Tokoh yang banyak dikatakan sebagai orang kepercayaan Ibu Megawati sebagai ketua umum partai pengusung utama. Bagaimana reaksinya tentu akan menjadi keriuhan yang amat, toh bisa terselesaikan dengan baik. Satu rangkaian ini adalah pemilihan Jenderal Tito K yang melampaui beberapa angkatan. Toh tidak ada gejolak juga. Hal yang karena kerja senyap, bukan keriuhan yang kadang  tidak bermanfaat. Berkaitan secara tidak langsung, bisa menempatkan Jenderal Budi G  yang "terbuang" menjadi Ka-BIN dan bisa bekerja sebagaimana mestinya.
Jauh paling awal tentu soal KIH dan KMP yang bertikai seolah tanpa ujung, dan semua bisa diselesaikan dengan baik. Dewan memang tidak mudah menghadapi anak kecil yang rewel dan tukang rengek itu, termasuk prasasti tujuh pembangunan mercu suar yang bisa "diabaikan" dengan elegan, padahal tinggal tanda tangan dan "habis" semua. Dewan bancakan dan presiden menjadi bahan cacian, eh bisa berkelit dengan tidak menimbulkan gejolak luar biasa.
Pemilihan pembangunan, presiden biasanya akan memilih apa yang tampak, jelas Jawa, Sumatera, dan sebagaian Sulawesi untuk dibangun. Pilihan yang cukup berbeda dengan membangun kawasan perbatasan. Papua, dan jika menilik soal suara jelas tidak signifikan. Hal yang identik adalah pembangunan mangkrak puluhan tahun diteruskan. Keberanian yang tidak mudah. Sangat tidak populer iya, tapi karena memilih sebagai negarawan bukan politikus, akhirnya terjadilah. Hal non populis lainnya adalah soal harga BBM. Keberanian naik turunkan harga BBM belum pernah ada, dan bisa. Rakyat belajar tidak kagetan. Harga BBM dicoba satu harga, dan mulai bisa diterapkan di banyak tempat. Tidak perlu gembar-gembor, tapi terjadi.
Secara pribadi dan personal juga banyak model senyap dalam menyelesaikan masalah politik yang sangat bisa berimbas ke mana-mana. Aksi 212, bagaimana rancangan matang mereka ternyata bisa disiasati dengan jitu, tidak ada masalah dan menjadi mereda. Kisruh elit militer dan polisi soal senjata, tidak ada kehebohan selanjutnya. Pribadi dengan Pak Prabowo, terutama pengikutnya, usai pilpres lalu ternyata bisa dijembatani dengan apik, tanpa membawa dampak yang berlebihan. Bagaimana para kader dari dua jika bertikai, eh diberi suguhan politik naik kuda semua bisa terselesaikan.
Pak Beye yang melakukan road show sambil melontarkan kritik yang kadang tidak berdasar juga, langsung balik kanan hanya karena kedatangan ke Hambalang. Padahal jauh keliling Jawa, berapa beaya, tenaga, eh hapus karena melongok Hambalang tidak ada satu jam. Semua tidak menggunakan banyak cakap dan tindakan besar dan heboh.
Papa minta saham, heboh luar biasa, media, dewan, bahkan sidang MKD berjilid-jilid digelar, semua seolah akan membuat dunia runtuh karena dua orang kuat bertikai, ada juga makelar kuat merajalela tersangkut-sangkut, toh semua senyap, semua usai, dan tidak ada kegoncangan.
Pancingan untuk ramai-riuh rendah, dengan konferensi press, dengan kicaun di media sosial, atau provokasi lewat parlemen, diselesaikan dengan jitu dan diam saja. Pilihan yang tidak mudah karena orang itu memiliki kecenderungan untuk bergegas padahal kadang belum tentu bermanfaat. Menunggu itu enggan, padahal waktu itu sangat sakti.
Penyelesaian dengan kalah menang sangat menyenangkan banyak pihak, namun menang-menang itu semua pihak puas, meskipun tidak maksimal. Pilihan ini, mengalahkan tanpa ngasorake,ternyata menjadi pilihan yang tepat bagi bangsa yang sangat besar ini. Coba bayangkan jika tergesa-gesa dan semua diselesaikan dengan mengalahkan, berapa yang akan sakit hati dan menjadi dendam dan itu sebagai sama-sama anak bangsa akan berbahaya, apalagi merasa dipermalukan.