Sekaliber Anas Urbaningrum yang politikus tulen merangkak dari aktivis mahasiswa saja bisa terjungkal dengan sangat tragis. Berapa lompatan untuk bisa menjadi selevel AH jika tanpa Yodhoyono coba, Pak Beye sendiri pun tahu saat 2004 harus punya partai. Tentu beda kasus dan waktu politik yang memiliki implikasi yang berlainan.
Apa yang menjadi kekurangan adalah, pengalaman, jam terbang, dan dinamika perpolitikan yang sangat bermuka banyak itu. Berbeda dengan militer yang jelas sangat monolog, hirarkhis, dan satu arah.Â
Politik bisa saja senyum di depan dengan keris terhunus. Pengalaman sangat penting, termasuk dalam berbirokrasi. Barang tidak mudah menghadapi manusia dan sistem yang sengaja diamburadulkan sekian lama, kecuali memang mau saja amburadul bukan membangun dan mengembangkan bangsa dan negara.
Demokrat memang sedang compang-camping. Usai pileg dengan suara yang minim, konvensi setengah hati, dan kemudian main dua kaki menambah daftar keadaan limbung partai merci ini karena terpaan korupsi yang tiada henti. Hambalang dan century  yang begitu kencang dan menohok Demokrat, belum lagi pusaran KTP-el yang susah untuk tidak melibatkan Demokrat secara langsung karena keberadaan pemerintahan, kader, bahkan level ketum, bendum, dan menterinya pu nyaring disebut.
Kondisi ini yang harus diselamatkan AH. Mungkin soal populer, cukup untuk tidak membuat tenggelam, namun untuk membuat perahu ini melaju mulus, tanpa bopeng dan tambalan yang bisa terlihat dengan jelas, susah lah untuk memercayainya. Jelas dan aman posisi AH sebagai pribadi, politikus, dan calon petinggi negeri, namun yang mendukung, mengelilingi ini, apa benar bersih dan sehat? Apa malah tidak menjadi beban untuk melindungi masa lalu lingkarannya?
Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan Yudoyono yang menjadi bagian utuh atas pribadi Agus Harimurti, namun apakah mampu melompat sedemikian tinggi tanpa ada nama itu dibelakangnya. Pretasi luar biasa masih perlu dinanti, asal bukan saja menjadi politikus menari dengan sensasi semata. Masyarakat juga perlu cerdas melihat rekam jejak, prestasi, dan kapasitas pribadi untuk menjadi petinggi negeri.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H