Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat Terbuka kepada Wakil Gubernur Jakarta, Bapak Sandiaga Uno

26 November 2017   18:25 Diperbarui: 28 November 2017   11:46 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Surat Terbuka kepada Wagub DKI Jakarta, Bapak Sandiaga Uno

Kepada

Yth. Bapak Wagub DKI

di tempat

Dengan hormat,

Selamat atas pelantikan Bapak berdua dengan Bapak Anies sebagai duet pemimpin Jakarta untuk periode lima tahun ke depan. Semoga bisaa membawa Jakarta menjadi kota yang membanggakan dan Ibu Kota Negera yang tidak kalah dengan ibu kota negara lain.

Bapak Wagub yang terhormat, Bapak kini adalah Wakil Gubernur, bukan bakal calon ataupun calon gubernur atau wakil gubernur sebagaimana masa pra kampanye atau kampanye. Apa yang Bapak sampaikan adalah titah pemimpin kalau bahasa lampau. Apa yang Bapak nyatakan adalah buah pikir seorang pemimpin di ibu kota negara Indonesia. Berbeda ketika masih sebagai calon atau bahkan bakal calon karena orientasinya adalah kompetisi yang harus dimenangkan. Kini sebagai pemangku jabatan, bukan hanya pejabat sementara, memilki kedudukan tetap, yang jelas akan membawa pengaruh dan dampak yang sangat besar.

Bapak Wagub yang terhormat, Bapak juga bukan lagi pemilik atau petinggi perusahaan, di mana apa yang Bapak katakan benar salah akan diiyakan.  Paling satu dua petinggi perusahaan yang berani meluruskan atau menyatakan yang sebaliknya apa yang Bapak katakan. Bapak sekarang adalah Wakil Gubenur, birokrat dan masyarakat itu sejatinya bukan bawahan, jika Bapak menilai birokrat sebagai bawahan sebagaimana di perusahaan, tentu tidak bisa. Contoh konkret kemarin dan beberapa hari ini, banyak yang  berkomentar mengenai cara Bapak menjawab pertanyaan, benar hendak memberikan delegasi, adanya subsidiaritas, namun cara yang Bapak pergunakan tidak semestinya. Sebagai Wakil Gubernur memang tidak akan mesti tahu dengan teknis, mendetail, dan menyeluruh atas seluruh masalah dan solusi yang mungkin bisa dilakukan, namun tentu Bapak perlu tahu secara luas dan kira-kira apa penanganannya sebagai jawaban awal dan menyatakan secara khusus akan dijawab oleh pejabat langsung yang berwenang. Tentu sangat berbeda dengan di perusahaan. Tidak akan ada yang berani mengatakan terus terang karena hidupnya tergantung pada Bapak, berbeda dengan menjadi pejabat publik yang meskipun Bapak Anies mau menghilangkan kepemipinan pelayanan itu, toh pasti Bapak dan Bapak Anies dalam hati  kecil tetap mengakui dan menghayati kepemimpinan publik dan birokrasi adalah pelayanan.

Bapak Wakil Gubernur yang terhormat, jika boleh mengusulkan, sebaiknya Bapak mengambil staf pribadi yang mengurus mengenai tata cara dan tata kelola komunikasi massa, agar tidak makin banyak  blunder di masa akan datang. Sejak masa pra kampanye dan kampanye sering mengeluarkan pernyataan yang bagi banyak pihak adalah blunder, itu wajar sebagai sarana menarik pemilih agar menengok dan memilih, kini sudah menjadi pemimpin yang sah dan definitif, blunder jelas akan sangat merugikan baik bagi pribadi bapak dan lebih jauh lagi bagi masyarakat dan pemerintahan yang akan Bapak jalankan lima tahun ke depan.

Bapak Wakil Gubernur yang terhomat, kini Bapak adalah pemangku jabatan pemerintahan daerah, bukan lagi calon, sebaiknya mengurangi celah untuk lebih memilih terciptanya kontroversi, saatnya bekerja berarti memberikan pemikiran, pernyataan, dan kinerja yang memang langsung berkenaan dengan pelayanan masyarakat, upaya menyejahterakan masyarakat, dan menciptakan kemajuan yang sekiranya bisa dinikmati seluruh elemen masyarakat di Jakarta. Apa yang sudah baik di masa lalu pergunakan dan yang tidak baik sempurnakan, tidak malah membuat semua yang sudah baik kembali buruk hanya karena bukan ide dan gagasan tim dan pemerintahan Bapak.

Bapak Wakil Gubernur yang terhormat, bukan bermaksud menggurui, namun kepemimpinan itu tidak berhenti dalam pergantian, namun berkelanjutan. Antitesis yang  seolah tergambar di masa kampanye tinggalkan saja sebagai bagian masa lalu. Kini jalankan pemerintahan dengan apa adanya, yang baik dilanjutkan dan yang buruk diperbaiki. Toh paling-paling akan dicemooh di awal-awal saja, namun jika merombak yang sudah bagus dan baik, akan sepanjang masa jabatan akan diungkit-ungkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun