Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng | Anggota DPR Itu Mati

19 Oktober 2017   15:02 Diperbarui: 19 Oktober 2017   15:05 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anggota DPR itu Mati

Tuhan sangat geram, untuk memberi pembelajaran para anggota dewan dipilih untuk mati suri. Mengapa mati suri, biar mereka bisa memberikan kesaksian di dunia kedua itu seperti apa, biar mereka bertobat dan berubah.

Nah suatu hari mereka dikondisikan untuk kunjungan. Naik pesawat dengan membayangkan akan pesta dan dapat banyak di suatu tempat mereka masing-masing punya rencana. Jemputan datang. Sudah mulai banyak maunya. Malaikat yang mengikuti sudah mulai panas dan mau menggelegarkan hukumannya di bandara. Wah berabe banyak anak kecil dan korban anggota dewan ikut terjebak. Model yang diminta semua berbau dosa. Makin naik pitam si malaikat.

Mereka sebenarnya tidak mau diantar naik bus, maunya sedan dengan masing-masing satu sopir. Negosiasi sangat alot dengan pejabat daerah mendapatkan semprotan yang sangat pedas. Susah pokoknya menghadapi anak-anak gede begini.

Akhirnya bus yang ditumpangi mereka semua melaju ke arah tempat favorit mereka, ke pegunungan yang terkenal dengan hiburan malamnya. Baik laki perempuan sama saja rusaknya. Mereka sudah mulai memesan di dalam bus. Malaikat sudah sampai ubun-ubun marahnya. Toh ia hanya eksekutor, tidak berani melawan kata Tuhan. Ia diam saja, hanya menggoda dengan sopir dibuatnya ngantuk. Ngamuklah mereka. "Kurang ajar, sopir sialam]n, kau tahu kami ini anggota yang mulai, kamu mau kami mati?" Ada pula yang mau gampar, malaikat yang merasa bersalah menahan tangan itu dan tidak lagi pulih hingga kini.

Mereka berpesta pora. Yang katanya mabok berdosa bahkan menjadi bahan kampanye pun disikat, jelas tujuan utama, maaf pelacuran yang sudah mereka pesan itu, dan jelas anggaran biar buat pusing pejabat mau memasukan pos mana. Ratusan juta kurang untuk mulut dan perilaku tamak mereka sekejap ini. Hotel, layanan plus-plus, dan sebagainya, belum juga hadiah untuk keluarga, semua harus ditanggung pejabat daerah.

Dua hari habis di tempat wisata itu, padahal kunker harusnya tiga hari, Artinya dua pertiga hari mereka habiskan untuk pesta pora. Sang ketua sudah menghubungi mereka semua untuk siap-siap menghilangkan jejak apapun dan siap berangkat kunker. Pagi-pagi tawa renyah mereka masuk ke bus. Mereka tidak lagi banyak komplain, bahkan si sopir yang kemarin dimaki-maki dapat banyak bonus, kecuali PSK si sopir dapat banyak hadiah lah.

Malaikat yang sudah tidak tahan lagi, membuat rem blong, padahal kawasan wisata kan di pegunungan tuh, apa jadinya? Semua rombongan dinyatakan tewas. Kecuali si sopir yang ajaib tidak luka sama parah.

Ternyata semua anggota dewan yang mati itu hanya dikumpulkan malaikat untuk kunjungan sejenak ke alam kematian. Malaikat yang sudah marah itu tidak pakai basa-basi langsung saja seret mereka. Padahal mereka merengek, mengaku sebagai dewan yang terhormat. Ada kalimat itu, malaikat memberikan layar lebar perilaku mereka dua malam itu. Mereka menangis meraung-raung menyesal dan tahu akibatnya.

Mendekati neraka, mereka jelas tidak dibawa ke surga kan semua perilaku bejad dilakukan di puncak dua hari itu. Panas itu bahkan hingga bisa dirasakan di luar neraka. Mereka merasa lemas, jelas tidak akan bisa menyogok lagi kalau berhadapan dengan malaikat. Eh masih ada yang nekat mencoba, siapa tahu malaikat dan pengawalnya dari Indonesia. Langsung murka itu tidak lagi disembunyikan. Mulut yang mencoba menyuap itu disuapi bara dari kerak neraka. Makin melolong makin  banyak bara yang dimasukkan. 

Jelas koleganya menambah janjinya, siapa tahu malaikat luluh, eh siapa yang menyuap mereka disuapi yang sama. Teriakan dari dalam kalah dari rombongan dewan itu. Sang ketua hanya diam, karena ia tahu apa yang dilakukan akan diterapkan, mana bisa ngeles di sini. Ia memutar otak bagaimana ini. Akhirnya ini berdoa dan mohon kesempatan kepada Allah via malaikat karena di dunia ada masih 560 di pusat, belum lagi di darah, belum lagi pejabat sebejat mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun