Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Setengah Fakta

19 Oktober 2017   09:13 Diperbarui: 19 Oktober 2017   09:27 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sikap kritis berlebihan dan tidak suka yang obyektif. Suka atu tidak, hal ini masih menjadi gaya hidup dan sukai politikus bangsa ini. Kritis sepanjang bukan kelompoknya, namun kalau kelompoknya diam seribu bahasa.

Budaya baca dan cik dan ricek masih jauh dari kebiasaan. Mudah berbagi status dan postingan di media sosial demi viral namun abai soal benar, separo benar, dan apakah malah salah. Kadang menjadi lucu kalau ada yang kemudian ngeles dengan mengatakan khilaf namun berulang-ulang.

Sikap permisif yang tidak pada tempatnya. Mudah melupakan dan memaafkan pada hal yang prinsip dan pada yang remeh malah diperpanjang. Hal ini sering dimanfaatkan apalagi perilaku penegak hukum masih jauh dari harapan.

Sensitivitas keagamaan yang tidak beranjak jauh. Agama dan ajarannya berbeda. Agama dan Tuhan pun berbeda. Hal yang sengaja dicampuradukan ini sangat bermanfaat bagi petualang politik yang mau enak tanpa mau tahu risiko yang ditanggungnya. Gunakan saja salah satu sensitifitas agama, dan tidak lama akan terjadi gejolak yang panjang. Padahal jika menghayati, mengamalkan ajaran agama dan mengaplikasikannya, akan menjadi pribadi yang rendah hati, panjang sabar, dan panjang pemikirannya. Bagaimana bisa dipertanggungjawabkan kalau mengaku hidup religiusnya kuat namun dengan mudah menggunakan cara yang dilarang agama secara serentak.

Penegakan hukum yang belum jelas dan masih kelihatan tebang pilih sangat berpengaruh. Pelaku dengan atas nama khilaf bisa lolos dan kemudian mengulang lagi.

Peran pendidikan pengetahuan, pendidikan politik, dan agama bukan sekadar identitas dan hapalan serta rapalan mendesak untuk dilakukan. UU begitu banyak, namun aplikasi nol. Termasuk soal agama.

Tidak perlu omong atau menuduh pemerintah atau siapa, siapapun bisa menjadi pelaku sepanjang budaya dan tabiat masih sama. Jadi tidak perlu komentar yang tidak perlu demi hasrat kedengkian semata.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun