Artikel ringan yang menjadi selingan di tengah hiruk pikuknya politik dan pembicaraannya. Panas dan melelahkan, apalagi jika timbul pro kontra. Enak kalau bisa berdiskusi dan berbicara dengan kepala dingin, lha kalau sudah mengandalkan jurus pokoke,atau beda sama dengan musuh. Berkebun, bercocoktanam, atau mmelihat-lihat tanaman menyegarkan mata dan pikiran. Tanamanpun memberikan respon yang sama. Daun, bunga, dan tumbuhan lebih  hijua, semarak, dan seger kalau ada interaksi dengan penanamnya.
Tentu ini berbicara sebagai bertanam untuk hiburan, selingan, dan sekadar hobi bukan untuk penghasilan atau mendapatkan hasil yang banyak dari aktivitas itu. Beda meskipun tidak bertolakbelakang dengan sangat ekstrem.
Jelas kalau level petani atau pekebun, pengusaha tanaman atau kembang atau buah, beda dalam menyikapinya. Seorang penyuka saja akan tanaman. Bagi saya, belum tentu demikian bagi yang lain, yang paling saya sukai adalah, jika bibit itu bertunas.
Kesenangan yang amat ketika melihat benih, dari biji, buah, atau apapun jenisnya bisa tumbuh dan bertunas. Apalagi jika itu tanamanya yang susah tumbuh, beda dengan mangga, kepala, nangka, atausejenis yang jatuh pasti tumbuh. Dulu pernah ketika pertama kali menanam biji kurma dan bisa menghasilkan daun, seneng banget. Atau apel jenis malang, bukan apel hijau yang sangat mudah itu. Tumbuh itu menyenangkan karena tidak bisa intervensi apapun dari pihak kita, semua tergantung Sang Pemberi Hidup. Hanya bisa menunggu dan paling banter menyediakan media yang cocok bagi benih, dan menjaga jangan sampai dimakan ulat atau ayam. Soal tumbuh bener-bener tidak memiliki kemampuan.
Demikianpun jika itu tanaman hasil cangkok atau beli besar. Ketika ada tunas baru, berarti ada harapan tumbuh. Membuat suka cita dan senang menekuniya. Apalagi, sekali lagi kalau tanaman itu langka atau belum punya. Seperti mahkota dewa dan yang lainnya yang lama sempat hilang karena kepentingan dunia mistis perdukunan.
Tentu orang lain akan lebih suka ketika menghasilkan, bisa kembang atau buah. Jelas ini menyenangkan, apalagi jika buah dan bisa dinikmati, namun itu semua semata bagi saya lho, adalah bonus. Tambahan baik atas kerja keras dan memberikan perhatian. Melihat cunkup bunga apalagi nanti menjadi buah jelas menyenangkan. Proses menjadi yang membuat kadang tidak sabar, apalagi jika di dalam perjalanan didahului ulat dan serangga, wah bisa membuat jengkel berlipat-lipat.
Tentu ada pula yang suka jika sudah menghasilkan kembang yang indah. Kembang sebenarnya bonus bagi saya lho, atas tumbuhnya tanaman. Kan sudah beralih dari benih menjadi tumbuhan. Â Misalnya beli besar pun tumbuh beradaptasi dari tempat lama ke tempat baru. Dari pasar, toko, atau tempat lain ke rumah.
Ada yang suka keindahan misalnya bonsai. Jelas perlu ekstra perawatan untuk mendapatkan keindahan bentuk. Perlu waktu lama dan mengubah tekstur, ukuran, dan sebagainya. Keren memang.
Kesukaan terbesar saat berbuah. Sepakat, apalagi seperti sekarang musim mangga. Â Panas makan mangga manis dan segar tentunya. Apalagi hasil kebun sendiri itu atau pekarangan sendiri itu jauh lebih terasa.
Mengajarkan  banyak hal dengan bertanam. Kesabaran karena perlu perawatan yang berbeda satu sama lain. Anggrek  beda dengan kangkung yang tidak perlu air. Beringin menonjolkan kerimbunannya, berbeda dengan bougenville yang menanti bunga yang biasanya saat tidak banyak daun.
Pasrah total, tuh contoh kalau menanti tumbuh. Sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. intervensi seperti apa coba kalau menantikan tunas pertama kali. Mau memberi obat perangsang tumbuh paling hanya itu. Selebihnya ada Yang Kuasa. Manusia terbatas.