Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Rekomendasi" Golkar, Supersemar II, dan Saktinya Kata Hoaks

23 September 2017   07:30 Diperbarui: 23 September 2017   08:31 1754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Rekomendasi" Golkar, Supersemar Kedua, dan Saktinya Kata "Hoax"

September ini rangkaian dengan salah satunya Supersemar, yang hingga kini masih menjadi pro dan kontra. Keberadaan  surat sakti dan penting itu belum juga jelas di mana. Padahal bisa mengubah sejarah bangsa termasuk di dalamnya suksesi. Eh tiba-tiba di bulan yang sama, ada pula surat yang mirip dengan cakupan dan konteks yang lebih kecil tentunya. Suksesi iya, kondisi si pemberi surat yang sedang sakit, sama. Wah sejarah terulang kalau begini. Untung, kini sedang ada kata sakti yang bernama "Hoax"sehingga semua usai, apakah begitu, tentu masih ada waktu untuk menyatakan kebenaran yang lebih hakiki, apakah sepenuhnya hoax,sebagian saja kebenarannya, atau memang benar hanya karena sungkan dan malu, dikatakan sebagai hoax.

Kondisi Setya Novanto yang biasanya sehat, iya sih ngantukan, dalam beberapa kali acara resmi kelihatan ngantuk, bahkan sambil berdiri, mengindikasikan sakit. Namun dalam keseharian lain, nampak baik-baik saja, termasuk kalau menggulung kekuasaan. Contoh konkret ya naik turun di pimpinan dewan itu. Tentu saja melihat polah tingkah para elit dan politikus yang biasa menderita sakit parah tiba-tiba, atau mendadak lupa alias amnesia sangat lumrah, tentu orang bisa menjadi bertanya-tanya, eh bener kah Setnov sakit?  Ini tentu kasus yang berbeda.

Jika benar sakit, eh ada rekomendasi yang harus dilakukan dalam sebuah rapat. Memang bisa ketua umum yang usai operasi dan akan operasi lagi itu bisa mengadakan rapat? Nah kan....Sebuah tanya yang sangat biasa bagi tabiat selevel Golkar yang biasa main cantik dan licik selama puluhan tahun tentunya.

Atau telat sadar, kan maklum baru sakit keras, dan menunggu operasi lagi, biasa jadi lupa, kemudian mengeluarkan rekomendasi, dan ingat posisi tersangka yang sudah mangkir dari panggilan KPK. Kan tidak lucu kalau ketua umum Golkar, ketua DPR RI aktif digelandang KPK dengan alasan pura-pura sakit dan menjadikan rumah sakit sebagai hotel. Paling mudah ya buat dan nyatakan itu hoax.

Faksi di Golkar tentu banyak. Dukungan untuk Setya Novanto tetap menjabat baik di Golkar ataupun di DPR-RI sangat kuat, termasuk dari parpol lain, namun di dalam pun banyak yang mendorongnya untuk ditangkap dan melepaskan jabatan di Golkar ataupun dewan. Siapapun bisa  bermain dalam ranah ini, kepentingan masing-masing tentu yang bisa menjadi pendorongnya. Bisa separo hoax,bisa benar dikatakan hoax,dan bisa memang sepenuhnya hoax.Sekali lagi bangsa yang mudah lupa dan mudah heran.

Supersemar. Tentu berbeda masa, konteks, dan cara berkelit. Saat itu, zaman lampau, menelisik bahwa benar-benar asli, atau hanya klaim tentu tidak mudah. Apalagi elit yang melakukan. Beberapa saksi jelas orang telah akan menjadi penguat, entah benar, entah salah. Semua beres dengan dukungan dua orang saja. Kni berbeda lah, semua orang bisa melakukan analisis dari yang level ahli hingga amatiran dan yang kadang malah lebay dan bisa ke mana-mana arahnya. Satu yang jelas beda zaman dan beda akhirnya.

Hoaxbegitu sakti bagi penyangkalan sebuah kejadian. Namun level hoaxitu bermacam-macam dan berbeda. Ada yang sepenuhnya, artinya, seluruh isi kejadian, peristiwa, atau berita itu kebohongan semua, tidak ada yang benar, hanya nama atau isi secara umum seolah-olah benar. Ada yang sebagian benar, dengan meminjam kejadian lain dilakukan perubahan dan perbaikan serta kemudian dijadikan menjadi sebentuk hasil yang berbeda dan baru. Sering pula karena merasa malu karena ketahuan belangnya dan mengatakan kalau itu hanya hoax.

Suburnya hoaxdan kepalsuan karena memang budaya bangsa ini jauh lebih banyak yang palsu dan asli. Coba apa sih yang tidak diduplikasi dan ada palsunya di negeri ini, gelar kesarjanaan saja palsu, apalagi kalau hanya baju dan asesoris baik pakaian atau komputer dan hp,jangan ditanya.  Tidak perlu heran kalau surat keterangan hingga surat keputusan bisa palsu.

Kesetiaan akan komitmen dan azas sangat rendah. Hal ini membuat orang berperilaku miring dengan membuat hal-hal palsu sangat menjamur. Coba bagaimana tidak ketika orang bisa dengan mudah memalsu tanda tangan, surat dari atasan, mereka juga tidak merasa bersalah, seolah biasa saja. Masih ingat kasus surat saksi soal pemilihan anggota dewan? Menjungkalkan hakim MK dan yang terlibat masih nyaman di kursinya sekarang.

Gaya hidup yang tinggi tidak dibarengi dengan kemampuan finansial. Lha ini masalah bangsa yang masih abai disadari, tas, baju, dan semacamnya, kw,dagangan pasar atau pasar tiban di cfd,eh masuk juga di mall sekarang. Mau bergaya karena ekonomi cupet, pakai kwpun bisa lah. Sebenarnya hal ini sangat ironis. Dalam banyak bagian kehidupan juga terjadi demikian. Panjangnya distribusi salah satu penyebab mahalnya barang ori, termasuk buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun