Kelima, orang cari uang. Ini jelas saja hanya orang recehan yang maunya dapat untung. Apapun jadi isu, sebenarnya ini orang kreatif, menciptakan peluang kerja tanpa maling atau korupsi, tapi mengorupsi moral dan mental bangsa.
Mengapa lahir kelompok-kelompok demikian?
Satu, banyaknya orang yang bermental instan, tidak mau berproses, mau enaknya saja, dan cepat mendapatkan keuntungan. Orang demikian jelas tidak akan mau kerja keras apalagi cerdas, ada uang atau makanan di depan mata sikat, kalau begitu apa tidak turun level jadi binatang? Yang tidak punya pemikiran untuk menimbang baik dan buruk terlebih dulu?
Dua,banyaknya politikus kekanak-kanakan, tidak siap kalah, berkaitkan point satu instan, jadi tidak mau kalah, pokoknya harus menang. Ini soal karakter, mental, dan gaya hidup yang perlu diubah dan dikembangkan
Tiga,tidak taat azas dan komitmen bersama. Kalah itu juga menghargai yang menang bukan malah nggriseniyang menang. Jadi duri dalam daging, ini bukan sikap ksatria, namun pengecut yang bersembunyi di balik dalih saja.
Empat,agama semata kata suci bukan hati yang suci. Hapalan kutipan ayat, namun tidak mengubah hati yang busuk, culas, dan suka maksiat.
Lima,pendidikan yang tidak mengantar peserta didik memiliki sikap kritis. Hal ini jelas merugikan bangsa ini sehingga sekelas profesor doktor pun bisa berkubang di dalam kebencian tanpa dasar yang cukup.
Apakah bangsa ini, bangsa yang besar ini, hanya akan jadi masalalu seperti Majapahit, Sriwijaya, karena karakter pemimpinnya yang seperti di atas? Â Tentu tidak bukan?
Salam Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H