Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sukses Politik dan Kebudayaan dalam Peringatan Kemerdekaan di Istana

18 Agustus 2017   09:03 Diperbarui: 18 Agustus 2017   22:10 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya Feodal  Masih Kuat

Apa yang ebrbau asing, baik Barat atau Timur Tengah, atau kini Korea dianggap sebagai lebih baik. Tidak lantas menjadi antiasing, namun memiliki karakter dan kekhasan bangsa yang eolah terlupakan. Jangan harap suatu saat nanti, jonggan, wayang, ludruk, ketoprak, srimpi, pendet,dan banyak lainnya hilang kalah dengan K-Popdan kawan-kawannya. 

Peninggalan kolonialisme sangat mengakar justru yang buruk, bukan yang baiknya. Kedisiplinan Eropa tidak nampak di sini, namun gila yang berbau asing sangat melekat bahkan hingga 72 tahun bangsa ini merdeka.  Suap, kolusi, dan nepotis gaya kolonial apalagi, masih merongrong hingga detik ini. Orientasi pejabat bukan sebagai pelayan, namun sebagai  birokrat, priyayi,yang memiliki banyak privilegi khusus lebih dominan.

Kemerdekaan sebagai Bangsa

Elit apapun bisa tercipta sepanjang masih ada diskriminasi dan pembedaan dengan mudah diterapkan. Bangsa ini makin mundur justru di dalam hidup bersama. Dulu tidak akan ada yang sensi dan marah dengan China, Arab, atau kalimat candaan agama dan ras, mengapa  kini menjadi mudah marah dan ngamuk hanya karena hal sepele? Diciptakan. Politikus adu domba, hasil politikus malas yang merajalela. Kekuasaan sebagai tujuan, membuat orang yang berkecimpung dalam politik mendapat kelas tinggi, sehingga menggunakan segala cara untuk itu. Kita pernah tidak peduli dengan mayoritas dan minoritas, mengapa hal itu diungkit dan dipakai untuk saling serang?

Reorientasi Pendidikan

Pendidikan yang mengantarkan generasi muda untuk penjadi priyayigaya baru perlu diganti. Terutama dalam pendidikan kedinasan di Indonesia seperti Akademi TNI, Akpol, STPDN, dan kawan-kawannya. Pendidikan ala STOVIA,masih begitu kuat. Berjarak dengan masyarakatnya. Ini bangsa merdeka, bukan bangsa jajahan. Ironis jika malah penjajahnya bangsa sendiri. Pendidikan elitis mulai tercipta dengan seragam khusus, seperti kedokteran, atau militer. Ini sebenarnya hal kecil, namun pengaruh negeri jajahan dan mental kuli sangat terasa.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun