Kekerasan beda dengan tegas
Entah bagaimana membangun bangsa ini yang begitu menghidupi kebiasaan salah kaprah. Kapan tegas, kapan keras, kapan bar-bar saling sengkarut. Menghadapi teroris malah lembek, kalau menghadapi sesama penegak hukum malah galak minta ampun. Â Sikap tegas tidak berani pada korp lain, tapi jika menghadapi rakyat biasa, jangan tanya, garangnya luar biasa.
Penegakan hukum yang lemah
Atas nama kekeluargaan, menangis alay, menyesal yang tiba-tiba selalu melingkupi kasus-kasus demikian. Bagaimana kekerasan di bandara juga merupakan kisah klasik yang terus menerus terulang, sebagaimana kekerasan antarkesatuan antara tentara dan polisi. Â Memaafkan berbeda dengan sanksi. Jangan campur adukkan antara kemanusiaan dan hukum. Selama ini atas nama kemanusia, hukumpun bisa dilanggar.
Tabiat buruk, terulang, dan tidak ada pelajaran yang dimaknai
Heran, hal demikian selalu saja terulang. Apalagi usai reformasi yang eranya maju, malah munudr menjadi barbar dan arogansi semena-mena. Bagaimana negara dibangun dan dikendalikan atas kekerasan demi kekerasan. Â Penyelesaian yang begitu-begitu juga. Lingkaran setan yang dilestarikan dan tidak diupayakan untuk dibenahi.
Bangga Korps yang salah dan keliru
Bangga itu pada ranah prestasi, kemenangan, kebenaran, bukan jagoan jalanan, apalagi modelpreman berseragam begitu. Â Korp sepanjang benar dan baik layak dibanggakan, melanggar aturan atas nama korp mana ada, kecuali orang sakit.
Bangsa atau hukum rimba?
Entah mengapa bangsa ini dikuasi rimbawan. Hutan banyak yang gundul, sehingga hukumnya pun dibawa ke kota dan menjadi gaya hidup banyak orang. Hukum rimba siapa kuat dia menang, apa bedanya dengan hewan yang tidak memiliki akal budi tersebut?
Seleksi yang amburadul, teladan yang buruk