Sikap Keras, Mengapa? Cuma Nasi Goreng Kehilangan Banteng
Naga-naganya elit Geridra melihat kalau pertemuan nasi goreng dengan ketua umum Demokrat kemarin tidak sesuai ekspektasi. Artinya, jangan sampai Cuma dapat nasi goreng  malah kehilangan juga banteng. Hitung-hitungan politik tentu semua bisa dikalkulasi, musuh jadi sobat dan sebaliknya. Tentu konfrontasi dengan PDI-P dan pemerintah dengan kata-kata tajam tapi tak berisi begitu sangat merugikan, memecat satu kader jelas lebih murah daripada kehilangan potensi mitra besar.
Sikap penjajakan dan main cantik ternyata masih perlu waktu bagi politikus Gerindra jangan sampai salah sebut oleh kader berabe rancangan pimpinan. Kader ini sepertinya belum paham politik tidak ada kawan dan lawan abadi. Dia caci padahal petinggi sedang menjalin komunikasi untuk bertemu, apa tidak berabe semuanya.
Pendekatan kepada Partai-Partai Besar
Penting bagi PDI-P, atau pun Gerindra, termasuk Golkar. Wacana wakil presiden masih samar, nama terkuat masih pada Gatot N, dan bisa saja nantinya lahir koalisi Jokowi-Prabowo, mengapa tidak? Dan ini yang belum bisa dipahami salah satu kadernya dengan menohok tanpa aturan begitu. Tidak heran cepat-cepat wakil ketua DPR dan ketua umum Gerindra merespons dengan keras dan tegas.
Belajar lah dulu dari Fahri dan Zon kalau mau berkomentar sehingga bukan sanksi yang didapat. Politikus takut komunis, yang dia sendiri tidak tahu apa maknanya. Belajar lebih cerdas itu penting.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H