Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerindra, PDI-P, PKI, dan Tanggapan Elit Gerindra

2 Agustus 2017   13:24 Diperbarui: 2 Agustus 2017   23:09 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gerindra, PDI-P, PKI, dan Elit Gerindra

Heboh soal PDI-P dan PKI yang dikatakan oleh salah satu pejabat Gerindra. Masalah ambang batas pemilu, mengapa sampai ke PKI segala. Menarik adalah seolah cuci tangan dan lebih memihak pada PDI-P daripada salah satu jajarannya, bahkan level Fadli Zon yang biasanya suka banget cari-cari masalah dengan Presiden dan PDI-P kini menambil langkah sebaliknya. Ketua Umum Prabowo juga angkat bicara dan bersikap keras.

PDI-P dan Presiden ditiupkan isu PKI sebenarnya lagu lama, salah satu pejabat PDI-P yang juga sering mendapat cap itu mengatakan hal itu model lama, kamapnye hitam, dan pelakunya siapa sudah jelas. Bahkan sebelum Gerindra lahir pun sudah ada. Artinya PDI-P bukan konfrontasi dengan Gerindra secara head to head, ada masa tenggang rasa di antara keduanya ternyata.

Komunisme dan Faktualisasinya

Di mana sih di dunia ini yang masih berjaya secara utuh, asli, dan dominan komunismenya? Paling Korea Utara yang bangga dengan kedirian semata dengan melupakan dunia besr yang makin mengglobal ini. mereka mengucilkan diri, membangun kekuatan di antara derita dan kemiskinan bangsanya.  Vietnam yang pernah mencoba, hangus, Uni Soviet yang paling digdaya pun hancur lebur dan tidak ada yang menggunakan paham komunis di dalam sistem bernegara pecahan-pecahannya. Tiongkok pun demikian, bahkan sekarang menjadi pioner ekonomi namun bukan dengan sistem komunismenya. Artinya komunis tidak ada lagi daya tarik yang bisa menjual.

Komunisme dan Traumatis Abal-Abal

Sebenarnya soal komunisme seperti anak takut hantu, hantu seperti apa saja tidak tahu. Sekian tahun direpresi orang tidak boleh menyebut sekalipun kata komunis membuat orang tidak tahu dengan baik apa itu komunis. Tidak jarang dikaitkan dengan ateis, kekejaman, siksaan, dan sebagainya. Padahal komunis adalah paham, ajaran, yang mencoba menjembatani kaya dan miskin dengan cara kepemilikan yang sama. Tidak heran di luar sana ada Partai Kristen Komunis, jadi bisa kejet-kejet orang di sini yang menyamakan komunis dan ateis, padahal beda jauh. Traumatis yang diciptakan orde lalu, diulang demi kepentingan sesaat oleh orang-orang yang malas belajar. Cap PKI dan komunis habis semuanya. Perselisihan antara agama dan PKI ada yang untung lho, itu jangan dilupakan. Pelaku dan korban sama-sama, yang untung siapa? Jawab sendiri.

Memalukan, Pejabat dan Politikus Bicara PKI

Harusnya namanya politikus itu oaham akan model-model pemerintahan,  sistem pemerintahan, jangan mempermalukan diri sendiri seperti ini. apa coba salah komunis sebagai salah satu sistem? Jika memang salah tidak dipakai ya sudah jangan dipakai untuk menghakimi pihak lain sebagai PKI atau komunis. Memalukan dan ironis kala orang itu pejabat, tidak tahu menahu sejarah komunis, hanya kata orang, kata literatur tidak obyektif kemudian menyematkan pada isu terkini, demi kepentingan sendiri. Soal ambang batas itu bukan hanya saat ini, apalagi dikaitkan dengan PKI dan menipu segala.

Prabowo Mengatakan Lelucon, Anak Buah Mengatakan Menipu dan PKI

Lucunya negeri dan partai politik di Indonesia, ini sebenarnya bukan mau menyerang PDI-P dan presiden dengan kata-kata PKI dan menipu, hanya mau cari muka ke atasan dengan melebihkan komentar pimpinannya, eh ternyata berlebihan dan malah ancaman sanksi. Identik dengan Zon waktu mempertanyakan Megawati soal janjinya mengusung Prabowo masa menjelang pilpres lalu. Anak buah biasa menjilat atasan, ternyata kalimatnya menjadi blunder berlebihan. Dia pikir kalau lelucon akan terlihat bodoh, hanya mengekor, ia pilih menipu sama dengan PKI, eh tidak dapat dukungan malah kecaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun