Menarik apa yang disampaikan dalam salah satu penutup adalah, apalkah agama atau hukum yang diterapkan itu membawa orang pada kedekatan pada Tuhan atau sebaliknya. Jika berseru atas nama Tuhan sekaligus mengatakan bunuh dan hancurkan, apakah itu namanya makhluk bertuhan? Atau Tuhan hanya menjadi tameng.
Tangga dibawa-bawa bukan untuk mencapai level lebih atas namun hanya berteriak-teriak, sedangkan orang lain sudah naik level kemudian diancam dan dinyatakan sesat karena kalah cerdas di dalam kehidupannya. Sudah membawa alat itu namun tidak dipakai, hanya dikatakan saja.
Sarana itu berbeda dengan tujuan. Jika tujuan dan sarana campur aduk, jangan kaget kalau menghasilkan para pemikir salah kaprah dan malah menuduh pihak lain yang salah.
Artikel ini bersumber dari buku Ilusi Negara Islam,jika belum membaca lebih baik tidak perlu ngamuk terlebih dahulu karena akan malu sendiri setelah membacanya. Buku ini sudah terbit hampir 10 tahun namun baru dilaksanakan akhir-akhir ini, mengapa? Di sana juga dikatakan meskipun tidak disebut secara lugas. Nama-nama dan kelompok yang akhir-akhir ini tenar dan sangat terkenal banyak juga yang disebut dengan nama langsung bukan semata inisial.
Terima kasih inspirasinya dan informasinya Kompasianer Muhamad Mustain yang memberi tahukan adanya buku keren ini. Buku yang layak dan sebenarnya wajib baca di dalam keadaan negara seperti ini. Menyesal baru tahu setelah sekian lama.
Salam