Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

7 Hal yang Menghancurkan ala Gandhi

11 Mei 2017   05:33 Diperbarui: 11 Mei 2017   05:36 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemanusiaan telah dilupakan, ilmu pengetahuan memang tidak salah, namun bagaimana itu dipakai untuk memanusiakan agar lebih mudah di dalam kehidupannya. Bukan manusia menjadi hamba ilmu pengetahuan. Propaganda seks bebas asal aman, salah satu kebiasaan yang hendak melepaskan ilmu pengetahuan dari kemanusiaan. Sepanjang aman dan sehat tidak masalah, termasuk untuk melakukan aborsi, euthanasia,dan menciptakan obat, nuklir, dan berbagai hal yang sejatinya merugikan kemanusiaan.

Keenam, ibadah tanpa pengorbanan

Hal ini sangat konkret dan kontekstual, bagaimana rumah ibadah apapun bentuknya, apapun namanya, dan di  manapun selalu penuh sesak dengan orang yang sedang beribadah, namun maling anggaran, hujatan, dan perilaku buruk sama sekali tidak berkurang. Bagaimana orang yang mengaku religius namun serentak juga mengatakan bunuh dan bakar seperti meneriakkan beli bakso saja? Salah satu pengorbanan adalah berkorban perasaan bahwa ada saudara yang juga memiliki kebebasan yang sama untuk dihargai. Ibadah bukan semata ritual dan upacara, hapalan, dan rapalan, namun tindak nyata, perwujudan, dan buah dari itu semua.

Ketujuh, politik tanpa prinsip

Tidak kalah aktualnya adalah politik tidak ada prinsip. Bagaimana main dua kaki, menelikung di tikungan, bahkan memotong di lipatan telah menjadi gaya hidup politikus bangsa ini. Kaderisasi, ideologi,  dan perjuangan tidak ada dalam kamus perpolitikan di sini. Fokus semata kekuasaan, main kayu, main fitnah, menebar kebohongan dan kebencian menjadi cara demi kuasa. Sejatinya politik adalah seni di dalam mendapatkan kekuasaan, seni yang tentu penuh keindahan, cara yang elegan, dan kerja keras. Jika sebaliknya, di mana prinsip yang mau ditawarkan bukan?

Harapan perubahan ke arah yang benar ada, dan bahkan sudah terasa. Namun bahwa itu masih jauh dari harapan juga bukan isapan jempol belaka. Sikap dan pilihan baik perlu menjadi perhatian bersama.

Pendidikan, tentu menjadi pilar utama perubahan sikap dan perilaku. Konsep menghapal, ujian sebagai sebuah momok bukan konsekuensi logis kegiatan belajar mengajar perlu dijauhkan dari dunia pendidikan yang penting bagi bangsa dan negara ini.

Pendidikan agama, sikap menghapal, sebatas ritual, dan menjejali agama di ranah otak  perlu dikaji ulang. Agama bukan semata kognisi dan pengetahuan, namun sikap batin dan hati yang hidup. hapal saja tidak cukup, namun perlu tindakan konkret. Apalagi jika semata kolom di KTP, perlu lebih digelorakan bentuk pendidikan agama yang lebih mendalam dan bermakna.

Kehidupan sosial yang lebih mendalam bukan semata baik di bibir namun menusuk dari belakang. Tabiat buruk yang perlu dikikis agar bangsa dan negara ini lebih bermartabat. Kekayaan bangsa ini luar biasa, namun karena tujuh hal tersebut di atas menjadikan bangsa ini kaya elitis dan rakyat jelata makin merana.

Jayalah Indonesia

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun