Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Intervensi Jusuf Kalla dan Pengakuan Zulkifli Hasan

3 Mei 2017   15:14 Diperbarui: 3 Mei 2017   15:23 3071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Intervensi Jusuf Kalla dan Pengakuan Zulkifli Hasan

Menarik apa yang disampaikan ketua MPR sekaligus ketua umum PAN, di acara yang seharusnya adalah kapasitasn ketua MPR, yang mengatakan ada intervensi JK di balik pencalonan Anies Baswedan. Pengakuan lugas dan jelas dari politikus elit tentu tidak mungkin tanpa maksud. Politikus kelas kampung saja selalu penuh agenda, apalagi ini level elit nasional.

PAN di bawah komando Zulkifli memilih anguk-anguk,di beranda sambil melihat ke dalam melalui jendela kepada pemerintah. Usai kekalahan Hatta Rajasa di dalam pilpres kemudian di dalam partai ketum beralih, posisi PAN anguk-anguk.Masuk ke dalam pemerintahan tidak juga, kalau di luar tidak pula. Sikap yang tidak jelas, mendua, dan biasa main dua kaki, di mana menguntunkan, kaki siap-siap lompat. Hal yang lumrah dan biasa. Melihat rekam jejaknya juga sangat tidak susah untuk ditelisik. Sikapnya tidak pernah jelas mengatakan kepada siapa arah politiknya diberikan. Mendukung toh, tidka jarang menelikung, mau dikatakan bukan pendukung, mau juga kursinya.

Pengakuan usai kemenangan, dan menyebut orang nomor dua di negeri ini.

Bandul politik mulai menggeliat mendekati separo masa pemerintahan, di mana kinerja entah ke mana, yang penting ancang-ancang pemilu dan pilpres ke depan dipersiapkan. JK sebagai wakil presiden kali ini, telah menyalakan lampu sinyal yang cukup kuat kepada presiden sebagai duet pimpinan nasioal. Sekali lagi, ini bukan soal benar salah, namun soal kepentingan. Akankah mengulangi pilihannya kala berduet dengan SBY waktu lalu? Slogan lebih cepat lebih baik episode kedua.

Politik itu soal momentum,pilkada Jakarta memang sebentuk momentum luar biasa yang bisa menjadi atau membuat hancur lebur. Kebetulan kali ini adalah menjadi. JK yang selama ini seolah tenggelam oleh silau Jokowi dengan kinerjanya yang cepat, padahal itu adalah andalan JK kala menghadapi SBY, sudah tidak mempan lagi dipakai. Momentum berpihak kepada pilihan JK.

Rekamjejak bisa memberikan arah ke mana negeri ini akan menjadi...Kedua politikus yang sedang bergembira karena keputusan politiknya tepat kali ini, tidak bisa dikatakan buruk atau kotor sebagaimana politikus lainnya. Seperti yang sudah masuk bui atau sedang ngantri, mereka masih cukup baik-baik saja, ingat cukup lho, bukan baik-baik saja. Mereka bisa saja menggunakan kesempatan untuk berduet ke depan sebagai kandidat presiden. Sah dan tidak masalah. Namun apa yang bisa ditawarkan dan kemudian bisa menjadi harapan baik, itu kemudian masalah berikut.

PAN jelas ada di belakang ketum jika mau maju pada pilihan presiden. Menunggu kebersamaan dengan yang lain. Golkar paling realistis dengan mengambil alih kemudi dari Setnov kepada orang JK yang akan membuat mereka berdua maju. Sangat realistis, kemudian mengajak sekitaran P3, PKB, dan partai baru yang belum punya kekuatan untuk maju.

Parpol lain  susah untuk bisa menjadi pendorong kereta ini, karena kepopuleran mereka memang tinggi, namun soal keterpilihan masih jauh. Ingat bagaimana JK kala lalu berat untuk maju. Sisi ini JK lemah, kalau nomor dua soal lain karena ikut gerbong pembawa seperti dengan SBY dan Jokowi. Zulikfli sendiri tidak juga cukup populer dan moncer untuk tingkat RI-1-2. Pengujian dengan pernyataan telah dimulai. Kapan kerja coba??

Penggunaan kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan karena gerakan dan gebrakan Jokowi cukup efektif di Jakarta, apakah akan sama dengan pemilih di Indonesia. Hal ini tidak cukup memberikan bukti dan fakta yang bisa digunakan untuk mendongkrak suara mereka, baik sendiri atau sebagai duet. Kelompok radikalis yang memang mendapatkan angin dari mereka tidak cukup besar dibandingkan kelompok yang berseberangan dengan mereka. Arah dan kecenderungan ini ada, bukan hanya sebuah ketakutan, namun kelihatan dengan baik.

Rekam jejak keduanya, baik sendiri atau berdua tidak cukup kuat untuk menjadi level nomor satu di negeri ini. Gebrakan mereka selama ini sama sekali tidak kelihatan, selain hanya wacana atau kepentingan kelompok dan diri sendiri saja. Soal sensitif negara mereka baik bersama atau sendiri, sebagai pribadi atau ketum parpol sama sekali tidak jelas. Malah kecenderungan untuk kepentingan diri dan kelompok lebih kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun