Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Anomali Pilkada DKI

20 Maret 2017   07:14 Diperbarui: 20 Maret 2017   08:24 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedelapan, paslon tahu persis banyaknya intrik tidak menjamin suara pemilih. Dan ini telah diketahui dengan pasti bagi mereka dengan jajarannya. Masih ada berbalas pantun soal-soal yang tidak lagi membara hanya menunjukkan masih ada rivalitas dan itu penting.

Seharusnya demokrasi adalah seperti ini, tidak perlu hebih seperti peperangan puputan, lautan api, namun persaingan sehat dengan mengedepankan visi, misi, gagasan, ide, dan bukan asal antitesis, dan menjelek-jelekan tanpa solusi pihak lawan.

Rivalitas sebatas pemilihan bukan melibatkan aneka macam “pakaian” yang dikenakan seperti agama, suku, asal-usul, warna kulit, atau embel-embel lainnya. Itu semua bukan ranah pemilu, pemilu adalah ide dan gagasan untuk kesejahteraan hidup bersama.

Pendidikan politik bermartabat, bukan demokrasi akal-akalan dan asal-asalan. Bagaimana pokoknya jadi entah caranya. Jika bisa terjadi, jangan heran kalau politik menjadi murah karena bukan membeli pemilih, namun diajukan oleh pemilih yang tahu kualitas calon pemimpin yang dikehendaki. Selama ini hal ini sebaliknya yang terjadi.

Perseteruan di dalam politik sebenarnya tidak perlu terjadi, seperti pilpres dan menjelang putaran pertama pilkada DKI kemarin. Ajang fitnah dan menebar kebohongan menjadi-jadi. Padahal tidak seharusnya dan sepantasnya demikian. perbedaan visi dan misi bukan berarti memutus persaudaraan sebangsa dan setanah air. Bisa membedakan mana yang mendasar dan tidak, mana yang politik atau kemanusiaan, seolah saling bertumpang tindih, lahirlah bangsa yang tidak tahu batas.

Jayalah Indonesia!

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun