Eh lha dalah, selama ini si Soesila si jagoan bola, kali ini dikalahkan oleh kelincahan Djaka. Makin jengkelah Soesila. Lebih uring-uringan lagi dari pada yang kemarin. Dari hari ke hari kejengkelan dan ketidaksukaannya makin menjadi.
Hampir semua permainan yang ia kuasai dan yakin menang ia katakan pada temannya untuk ditantangkan ke Djaka. Teman-temannya suka ria saja melihat persaingan tidak langsung dua anak yang memang jagoan itu. Tiap pulang sekolah ada saja perlombaan di antara keduanya, dan kasihannya di Soesila hampir selalu kalah. Sebenarnya tidak kalah kalau ia tidak emosi dan terlalu berambisi. Teknik yang ia kuasai jadi tidak mampu ia lakukan karena dipenuhi kehendak tidak mau kalah. Sorak sorai rekan-rekannya membuat ia makin panas dan mencurigai teman-temannya sudah bersekongkol untuk lebih memilih Djaka.
Si bibi yang menyaksikan perubahan makin parah bagusnya menasihati, “Gus tidak perlu marah atau jengkel. Di atas langit masih ada langit, kalah bukan berarti kiamat, masih banyak hal yang bisa Bagus lakukan agar makin disukai teman-teman. Sana cuci kaki dan kemudian makan, sudah Bibi masakan kesukaan Bagus.”
Jayalah Indonesia
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI