“Dik, Peb sampeyan ini piye to, kog bisa kelalen?” tanyanya dengan gemas, malu, jengkel, juga mau tertawa melihat kudang lumping solo ala Prof. Felix.
“Sorry Mas Hab, eh Mas Kum, tadi ki, aku kebelet tidak tahan lagi, larilah aku ke sungai seberang pagar kompleks kita. Ngebel Opung gak dibuka-buka, padahal mau nitip ke belakang segera. Tahu sendirilah kalau bebas itu rasanya plong dan langsung pulang, lupa amanah dari Mas Bro...”
“Kalau begitu Dik Peb antar Mbak ke rumah Opung, jelaskan sendiri kan malu kami ini, seperti gak mengormati beliau...” gerutu campur geli dari Mbak Titi Kumoro.
“Sore Prof....” melihat Prof. Felix masih ngos-ngosan antara berdebat dengan Anhuz dan juga lari-lari kuda lumping tadi.
“Sore, Peb, ada apa, kog dengan Dik Titi segala... ada yang bisa dibantu?” gaya pembimbing dengan anak bimbing keluar.
“Maaf Prof, saya tadi khilaf dan teledor, maka Opung kelupaan diundang ke syukuran Mas Bro Jati...”
“Saya ini mikir salah saya apa coba, kalau rasis, gak gitu juga model Mas Jati, mau datang yo gak enak wong gak diundang, padahal aku kemecer ngiler je dengan sambel gorengnya buatan Mas Jati. Peb tahu tidak, yang njanganitu mesti Mas Jati, tanya itu Mbak Titi, sedepanMas Jati masakannya....” malah kuliah sore soal jangan.
“Maaf lho Pak Dhe, ini bukan soal agama atau ras, hanya soal Dik Peb kebelet dan lihat tempat asyik jadi lupa...” malu juga Mbak Titi atas ulah sembrono Peb.
Bukan Prof. Felix kalau tidak banyol,” Ah lumayan Peb lupa, jadi lebih banyak dapatnya, kan pakai rantang, kalau diundang Cuma satu dus....” sambil tertawa terbahak.
Salam Humor
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H