Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

[Humor Politik] Demokrat atau Keluarga, Ruhut dan Hayono Isman Dipecat

28 Oktober 2016   17:42 Diperbarui: 28 Oktober 2016   17:48 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demokrat kali ini bersikap tegas, namun lagi-lagi menampilkan sisi mendua. Main dua kaki khas Demokrat atau Pak Beye. Sejarah panjang anak nakal dari keduanya, Hayono Isman dan Ruhut Sitompul.  Keduanya beda karakter, satunya serius, pendiam, dan tenang, beda jauh dengan model penampilan Ruhut yang cenderung seenaknya, celelekan,dan bicara keras, lantang, dan cenderung ngawur.

Pra pilpres.  Hayono dan Ruhut sebenarnya telah berseberangan dengan kebijakan Demokrat sejak lama. Pilpres kemarin mereka mendukung Jokowi, berbeda dengan sikap Demokrat yang biasa main dua kaki, menyatakan tidak mendukung secara kelembagaan dan membebaskan pilihan kader, namun melihat kebersamaan di KMP dengan dua wakil di dewan dan majelis menunjukkan mereka sebenarnya KMP. Tidak ada pemecatan.

Pra pilkada Jakarta. Kembali mereka berdua menyatakan mendukung Ahok, yang belum ada Djarot. Belum juga ada Agus oleh Demokrat. Tidak persoalan berarti, mereka diam saja, hanya beberapa “provokasi” dari petinggi Demokrat untuk mengusik Pak Beye memecat keduanya. Usai pasti Demokrat bersama beberapa partai lain mengusung Agus, mereka tetap mendukung Ahok dan akhirnya palu pemecatanpun datang.

Parpol Demokrat lagi namanya namun dikelola dengan pola kuno, kekeluargaan, dan paling memalukan pernah dijabat anak dan bapak di posisi ketum dan sekjend, walaupun hanya plt. Kasus demi kasus lambat, namun cepat begitu berkaitan dengan Cikeas dan keluarganya.

Soal kerbau dengan tulisan sby pun bisa direaksi dengan keras dan cepat. Pelarangan penggunaan binatang dalam demo dibuat. Padahal banyak kasus di depan mata, besar, mendesak, dan demi hajat hidup orang banyak didiamkan, salah satunya hukuman mati untuk terpidana mati narkoba.

Sikap main dua kaki yang nyaman dilakukan selama ini tidak berkaitan langsung dengan keluarga besarnya, jadi aman dan tidak menjadi soal. Beda kini sang putera yang mau dikedepankan, semua harus mendukung, dan ketika tidak menjadi pendukung, pecat.

Demokrat akan dikenang sejarah hanya seumur dua periode dan usai kalau tidak mau bebenah. Berubah menjadi parpol maju dan modern jika dikelola dengan baik dan demokratis, bisa kembali berjaya, asal tidak main dua kaki. Klan, kerabat, keluarga, dan keturunan itu tidak salah, dan sah-sah saja, jika memang mampu tidak memaksakan keadaan, dan tentu melalui pengaderan dengan baik.

Sikap reaktif, baper bahasa gaulnya perlu dikurangi jika tidak mau menjadi tertawaan dunia persilatan dan perpolitikan. Kekuasaan silih berganti itu hal yang wajar, bukan hal luar biasa seperti model pemikiran Demokrat. Mereka terlambat menghasilkan kader dan kaderisasi lemah yang membuat mereka tidak mampu ikut pilpres padahal sudah mengadakan kovensi segala.

Parpol memang berorientasi kekuasaan, namun tentu dengan jalan yang patut. Bagaimana bisa dikatakan layak kalau model main dua kaki, mendukung semua kubu yang menguntungkan. KMP mendapat jatah wakil ketua, namun dalam hal strategis lain meninggalkan begitu saja. Parpol toh sudah mulai cerdas dan  berpikir maju, bukan seperti Demokrat yang seperti katak dalam tempurung. Tidak heran kader baik dna potensial mulai meninggalkan dan dapat kader yang buruk-buruk yang tetap tinggal.

Kader penjilat dan abs. Dua nama jelas abs bagaimana Sarif yang membela bak apapun perilaku Pak Beye. Soal TPF yang malah menyeret Bu Mega membuat tegang dengan PDI-P, soal Agus yang katanya bukan Demokrat buat gerah P3 dan PKB. Hal ini jelas merugikan Demokrat. Belum Roy yang juga tidak jauh berbeda seperti itu.

Mengelola parpol bukan mengelola keluarga. Tidak sebatas menyenangkan atau tidak, namun baik dan benar bagi partai atau tidak. Lucu, jika mengurus parpol seperti mengelola keluarga.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun