Edisi ngakak di sela-sela ngadatnya K, ada humor politik, di mana ada kelucuan tersaji di panggung politik, dan itu justru dilakukan oleh elit tertinggi parpol. Sekelas presiden saja masih berkutat dengan diri dan masa lalunya.
Kemarin Pak Beye dengan ciri khasnya, mengadakan konpres soal hilangnya hasil TPF soal aktivis HAM. Sehari sebelum itu beliau sudah berkicau akan mengadakan pertemuan dengan media untuk menyatakan yang sejujurnya mengenai hasil TPF dengan bersama-sama kabinet yang dulu bekerja sama.
Beberapa waktu lalu, Gerindra dalam hal ini bersama PKS dalam KMP mati surinya juga mengatakan memiliki kabinet bayangan. Katanya tugasnya adalah persiapan jika sewaktu-waktu kabinet yang ada dan memegang tampuk pemerintahan periode ini ternyata tidak bisa menyelesaikan tugas bisa diambil alih dengan segera.
Menarik adalah ada tiga kabinet, pertama kabinet kerja, kedua kabinet bayangan, dan ketiga mantan kabinet.
Kabinet paling lama dulu: Kabinet Mantan. Heran dengan pemikiran Pak Beye yang masih reunian, seolah merasa masih presiden, menyatakan ini itu, lewat medsos lagi. Mengenai TPF, sangat miris memberikan limpahan 'persoalan' kepada pihak lain dengan dalih masih dipakai sebagai upaya hukum, lha lebih sepuluh tahun lho. Beda jika kasusnya 2013, cuma dua tahun. Lebih lucu lagi, beberapa hari lalu menyurigai politis, tiba-tiba berbalik arah dan mengadakan konpres dan merasa sudah menegakkan hukum.Â
Pertanyaannya, dokumen sepenting itu kog ilang, lha mana kualitas presiden yang tidak tega menghukum mati warga negara asing, namun rakyatnya dibunuh di pesawat, tapi data yang mau mengungkap itu hilang. Ada apa? Apa lebih berharga Bali 9? Atau karena ingin jadi pejabat PBB, soal rakyat sendiri bisa ditepikan beda dengan 'bela' warga asing ketika penggantinya mau dieksekusi. Soal kapal ditenggelamkan juga pernah jangan melukai hubungan antarnegara, demi maling saja mau membela, lha ini rakyat sendiri?
Apa mungkin selevel istana, meskipun menteri sekretaris negara kala itu Yusril tidak menyimpannya, presiden sebagai pribadi seteledor itu, apalagi Pak Beye, langkah, senyum, lambaian tangan, ayunan tangan saja terukur kog dokumen seperti itu hilang. Kecil kemungkinannya, apalagi sebelum ini berseliweran soal jawaban ala ngeles pejabat di sekelilingnya.
Buat album, nyanyi-nyanyi masih sempat, foto-foto masih bisa, menyimpan file saja hilang lho. Apalagi zaman sudah canggih dengan digital, bukan barang susah dan langka. Apa ya berat banget nyimpan file beberapa lembar atau kilo byte saja?
Kabinet Bayangan. Entah bagaimana pola pikirnya, yang jelas fokus mereka hanya kekuasaan. Bagaimana kinerja mereka sebagai wakil rakyat, politikus yang harus memikirkan kaderisasi, atau melakukan pengawasan kalau mereka hanya ngincer jatuhnya pemerintah yang sedang berjalan. Fokus mereka jelas kursi empuk kekuasaan bukan demokrasi yang siap menang dan siap kalah. Benar bahwa mereka harus siap, namun tidak juga sebegitunya. Bagaimana mereka melakukan pengawasan secara obyektif ketika motivasinya adalah kapan lengah akan kuhantam, biar bisa aku gantikan kekuasaanmu.
Pemain sepak bola sekaliber Ronaldo atau Messi itu biasanya memiliki pemain yang selalu membayangi pergerakannya, mau dengan atau tanpa bola. Risikonya adalah kartu bagi yang membayangi, karena provokasi untuk pemain sekelas mereka susah. Artinya rugi sendiri. Provokasi kabinet bayangan yang tidak jelas ini memang hebat, dan kelihatannya kabinet asli sibuk bekerja jadi tidak peduli atau merasa perlu menjawab sliding yang kadang kasar itu, yang penting gol.
Kabinet Kerja. Lha ini kabinet sesungguhnya. Memiliki slogan kerja kerja dan kerja. Tidak lama memang langsung kerja bukan soal katanya atau rencana. Mengebut banyak warisan mangkrak yang takut dieksekusi karena takut tidak populer, eh kemudian diaku sebagai rencananya. Ini bukan soal menabikan Jokowi, jika memang tidak ada bukti sajikan saja datanya. Meskipun dibayangi kabinet bayangan dan mantan kabinet tidak masalah, karena memang fokus dengan apa yang harus dikerjakan. Mengapa tidak khawatir tidak populer? Karena kursi itu konsekuensi logis atas kinerja bukan karena menyenangkan banyak orang agar dipilih lagi, tidak digoyang pemerintahannya, atau sejenisnya.