Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Genderang Ahok, Semua Ikut Berjoget

21 Oktober 2016   06:52 Diperbarui: 21 Oktober 2016   07:44 3762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada DKI makin panas, meskipun kampanye belum juga mulai. Ahok sebagai orang politik tahu benar memanfaatkan momentum. Paslon lain memang relatif masih hijau dalam hal politik praktis. Keempat rivalnya, bukan saja satu di dalam paslon, kedua-duanya, di dua pasangan semua masih hijau dalam politik praktis, membangun karakter berpolitik, dan cara-cara memainkan gaya untuk mendulang popularitas dan suara pada akhirnya. Eh begitu para pendukung melalui orang-orang parpolnya ikutan berjoget di irama Ahok. Padahal teriak-teriak antiahok, nyatanya pusat mereka Ahok lagi Ahok lagi.

Jelas soal tuduhan dan pelaporan penistaan agama. Saya gak mau kupas itu,namun arahnya jelas mana yang rugi dan ana yang untung. Bola itu ke mana bisa ditebak. Umpan kecil dapat ikan kakap itu trik jitu bagi pemancing.

Cuti kampanye ke MK. Waduh ini jelas Ahok tahu pasti akan dibuat keputusan yang membuat dia akan cuti, sejak awal Ahok sudah tahu dan pancingan itu membawa Habiburohman dan Yusril ikut bberjoget di sana. Dan Ahok tetap saja mengajukan cuti. Dendang lagu, selera berbeda, eh malah ngikuti gendang orang lain, yang di mulut dikatakan sebagai si jahat, si sombong, dan kawan-kawan.

Karakter Ahok yang meledak-ledak, seharusnya jakarta itu jualan ide, visi, dan rancangan kerja sehingga bisa menjadi kota yang membanggakan bangsa, bukan lagi jalanan jadi parkiran massal, sungai jadi tempat sampah terpanjang, dan kemiskinan sebagai etalase ke luar negeri, serta perseteruan tom n jerry,antara dewan dan eksekutif. Yang ditawarkan hanya lagi dan lagi antitesis Ahok. Ahok lagi yang jadi pusat, soal peggusuran-penertiban, soal harga daging, soal angkutan massal. Soal cara berkomunikasi dengan dewan. Janji akan lebih berabad, tidak akan ada penindasan, janji ini itu, itu semua sudah ditabung gendang Ahok, dan malah ikut berjoget di sana.

Perpecahan dukungan P3, lagi-lagi Ahok. Bagaimana Tanah Abang menjadi rebutan dua tokoh Tanah Abang antara mentor Djan Fariz dengan pendukung Lulung. Lulung seolah terdiam karena yang mengatakan adalah mentornya baik dalam urusan Tanah Abang ataupun berpolitik, tidak heran yang menjawab adalah “anak buahnya.” “Perseteruan” yang tentunya menguntungkan bagi Ahok, karena tentunya suara ke paslon lain akan beralih tidak bulat ke sana. Toh di Tanah Abang yang dikatakan tidak semua ber-KTP Jakarta, namun ada juga kawasan perkampungan yang masih kenal dan segan dengan Djan Fariz. Tidak perlu Lulung atau anak buahnya mengatakan ini itu yang memperlihatkan berjoget bersama gendang pihak lain.

Memakai jasa artis dalam tim pemenangan. Lagi dan lagi, dua paslon lain terlambat mengambil langkah, mendengar dendang lagu joget indah pihak lain, langsung ngikut meskipun dengan dalih bukan masuk struktur tim pemenangan. Toh terbaca dengan gamblang bahwa itu mengekor. Sayang ide orisinal itu terlambat disajikan dua paslon lain.

Pengumpulan dana pemenangan dan soal relawan TA sejak pra pilgub. Menarik adalah orang riuh rendah, bahkan ada seolah sabotase bahwa ada yang “berjaualan KTP” dan justru semakin memoncerkan pengumpulan KTP. Ketika Ahok mengatakan mengumpulkan uang dengan cara  menjual tiket makan malam, Sandiaga Uno langsung mengatakan reaksinya dan itu menunjukkan ketergesaan khas remaja yang masih perlu jam terbang.

UU yag direvisi mendadak soal independen, penolakan jalur perseorangan, bahkan ada video klip segala. Trik-trik kalah langkah yang disajikan. Semua malah menambahkan rinag gembiranya Ahok yang memang sudah tahu arahnya itu ke mana, ada dendang yang menggoda juga tidak akan fokus dan ngikut karena memang dasarnya tidak kuat, semata asal bukan Ahok bukan ideologi apalagi pembangunan bangsa.

Apa yang bisa dilakukan oleh paslon lain?

Sebenarnya paslon dan timses perlu cermat untu tidak menyerang program, cara kerja, dan apa yang dilakukan Ahok. Malah sama juga akan mempermalukan paslon dan tim sendiri. Kerugian besar seperti pertikaian Ruhut-Roy Suryo yang sangat tidak seimbang itu. Bagaimana Roy malah dipermalukan Ruhut. Kritikan soal runag terbuka ramah anak yang dijawab dengan baik oleh Ahok dan merugikan Silvy, tawarkan solusi yang bukan semata antitesis dan telah dilakukan Ahok.

Cara kerja yang dijalankan Ahok kemarin itu penuh risiko dan sangat besar manfaatnya. Artinya rakyat memahami dan merasakan itu. Siapapun yang menang siap-siap saja akan diperbandingkan dengan Ahok dan kinerjanya. Apa mampu dengan start awal yang lamban, pengalaman berpolitik dan birokrasi yang masih lemah itu. Ini yang erlu digarap sehingga begitu dilantik sudah langsung bisa mengerjakan apa yang belum tersentuh Ahok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun