Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perhatian untuk Perempuan yang Suka Ngomeli Pasangannya

18 Agustus 2016   10:04 Diperbarui: 18 Agustus 2016   10:15 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati-hati bagi perempuan yang suka ngomel-ngomelin pasangannya. Kecenderungan perempuan ngomel itu seperti hobi dan kebiasaan saja. Selain itu, perempuan ngomel itu sebagai sarana pelampiasan yang sangat wajar dan natural, berbeda dengan laki-laki.

Penelitian membuktikan, bahwa laki-laki yang dikontrol berlebihan oleh pasangannya cenderung mati muda sebanyak dua kali. Apalagi dengan adanya medsos dan gadget seperti sekarang ini, kontrol akan pasangan jadi lebih besar dan potensi meningkatnya kecurigaan untuk mengontrol tidak bisa diabaikan. Hal yang berbeda pada perempuan yang dikontrol dan diomeli pasangannya.

Penelitian ini melibatkan sekitar 10000 ribu laki-laki dan perempuan, usia 36 hingga 52 tahun. Mereka diberi pernyataan siapa yang paling besar menuntut mereka dan menyebabkan konflik.

Orang akan berpikir bahwa bos atau atasan atau masyarakat sebagai jawaban, ternyata bukan. Laki-laki lebih merasa tertekan oleh pasangannya. Laki-laki yang merasa dituntut dan mersa harinya cemas dengan itu berpotensi mati lebih cepat atau mati muda lebih tinggi.

Doktor dari University of Copenhagenini menjawab hasil survey tersebut dengan kondisi laki-laki yang  memiliki lingkungan sosial yang lebih sedikit dan terbatas. Mereka susah untuk berbagi kekhawatiran. Bandingkan perempuan yang bisa dengan leluasa untuk ngerumpi sebagai sarana melepaskan ketegangan dan kekhawatiran mereka. Pasangan sebagai lingkungan sosial penting bagi laki-laki, ketika menjadi pusat kecemasan, apa yang terjadi? Jelas makan hati, maksudnya merusak kesahatan. Stres dan jelas berimbas pada kesehatan pada laki-laki.

Stres bisa sangat merusak dan tidak kalah buruknya dengan makan dengan junk food,tidak heran dari 315  dari 100000 kematian disebabkan karena kekhawatiran berlebihan karena perbuatan pasangannya.

Peringatan bagi para perempuan, hobi ngomel itu melegakan, dan tidak jarang selesai ngomel pun bisa merasa seperti tidak ada masalah, padahal tidak demikian pada laki-laki. Hal ini berbeda dengan keterangsangan. Kalau laki-laki cepat hilang dan ganti, beda dengan omelan pasangan.

Bagi perempuan, sarana melepaskan kejengkelan, kadang pun hobi, atau kadang pasangan jadi sansag,tanpa tahu masalahnya. Marah dengan rekan kantor atau atasan karena tidak berani, pelampiasan ke pasangan. Sekali lagi, peringatan ini sangat berbahaya bagi laki-laki. Akan dipendam dan bisa menjadi stres dan penyakit lho.

Perempuan selain ngomel-ngomel masih punya sarana ngerumpi, ini jurus ampuh untuk berbagi masalah. Berbeda dengan laki-laki yang cenderung menyimpan masalah dan menilai itu tidak penting, padahal menjadi beban di dalam dirinya. Dan itu yang bisa jadi masalah kesehatan.

Keuntungan perempuan lain, ada sarana menangis, dengan demikian beban menjadi ringan, beda dengan laki-laki, di mana kebanyakan budaya tidak memberikan toleransi bagi laki-laki menangis, dan ini menjadi tambahan beban luar biasa bagi laki-laki.

Ini bukan mau menasihati atau menggurui bagi para perempuan yang suka mengontrol atau menuntut berlebihan pada pasangan, hanya saja perhatian untuk bisa lebih mengendalikan diri. Kepercayaan dan dukungan itu jauh lebih penting dan bermanfaat tentunya.

Istilah jantan bagi sosok kuat dan tegar itu tidak sepenuhnya tepat, bagaimana sunat sekali kapok dan benar kapok. Lihat ibu-ibu teriak pas melahirkan kapok, esok mengandung lagi dan lupa kapoknya.  

Salam

Sumber: Vivanews

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun