Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penganiayaan Guru, Guru Cubit Murid, dan Sekolah Sepanjang Hari

13 Agustus 2016   06:41 Diperbarui: 13 Agustus 2016   10:29 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penganiayaan. Shutterstock

Bagaimana mengawali hari dengan “panas begitu,” kemudian di jalan dipenuhi dengan lalu lintas yang tidak karu-karuan, anak sudah merekam “kejam” dan “keras”-nya jalanan kita. Ditingkahi dengan semrawutnya lalu lintas dan jalanan yang kacau balau.

Ketegangan demi ketegangan ada di sana. Bagaimana pendidikan akan bisa berjalan dengan baik kalau anak sekolah harus mengawali hari dengan demikian. Salah satu budayawan Jateng bernama Prie Gs, mengatakan kalau jalanan Indonesia dipenuhi oleh orang marah dan frustasi karena makan sapi yang tidak mati istiqomah. 

Saya membahasakan bahwa makanan yang dikonsumsi itu matinya dengan tidak tenang, stres, dan sangat ketakutan, dan itu berimbas pada perilaku keseharian kita. Ia membandingkan penyembelihan di luar negeri yang membuat hewan itu tenang dan tidak mengalami ketakutan yang amat sangat. Makanan tidak sehat, dan sangat tidak berimbang membuat orang menjadi gampang marah, gampang meledak hanya dengan alasan sangat kecil.

Pendidikan itu membutuhkan keteladanan. Bagaimana anak bisa toleran ketika pejabat yang berwenang pun mengajarkan sikap intoleran, suka kekerasan dan perebutan, ingat kekerasan bukan hanya fisik namun juga verbal, bahasa tubuh, dan sikap menantang, meremehkan, melecehkan, dan mengintimidasi, serta arogansi  itu dengan mudah kita jumpai, dan anak didik merekam itu setiap saat.

Apakah sekolah sepanjang hari itu buruk? Sama sekali tidak, namun masih banyak hal yang mendesak untuk diperbaiki. Perbaikan itu ada di sekolah, dan itulah akar seluruh persoalan di negara ini. harapan baik kala UN bukan algojo akan kelanjutan masa depan anak sekolah, jangan lagi nanti dikembalikan ke posisi semula. Patut disyukuri soal ini.

UN dulu itu berkaitan sangat erat dengan kejujuran dan penghargaan akan proses. Dulu potong kompas dan soal kecurangan jangan diharapkan. Dan ini sudah bisa diatasi meskipun belum seluruhnya usai.

Soal seleksi dan pendaftaran siswa baru. Pendidikan gratis itu tidak tepat, namun bahwa sangat mahal yang tidak wajar juga menjadi persoalan yang sangat mendesak untuk diatasi. Banyak mahal yang tidak semestinya. Seragam dan buku yang berlebih-lebihan. Ini perlu perhatian mengenai pendidikan sangat mahal.

Keteladanan, ini jelas pekerjaan keras dan besar dari para elit untuk menahan diri untuk tidak bertikai, berebut dengan berlebihan, sikap toleran, memberikan kesempatan, dan mengubah paradigma kalah menang menjadi menang-menangperlu lebih dikelola dan dikedepankan. Hal ini masih sangat lemah.

Kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab, termasuk di sekolah tentunya. Anak didik perlu diberi ruang untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri secara luas dan leluasa. Hal ini bisa terjadi jika kurikulum, guru dan tenaga kependidikan telah profesional, dan sistem bernegara yang sehat telah terjadi.

Kekerasan demi kekerasan yang tercium di media, hingga persidangan, dan lapor demi laporan hanyalah fenomena gunung es atas kasus yang tidak pernah diselesaikan selama ini. Berjuta kasus yang akhirnya berimbas juga ke dunia pendidikan. Dunia yang diharapkan membawa harapan namun malah menyajikan data sebaliknya.

Benahi pendidikan dan akan diperoleh bangsa yang maju itu bukan hanya isapan jempol. Jika masih seperti ini, jangan harap akan ada perubahan yang signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun