Pengalaman Donor Darah Hingga 63 Kali
Beberapa hari yang lalu saya melakukan donor ke-63 yang termasuk di dalam kartu pendonor. Beberapa kali tidak masuk daftar karena kekurangpahaman kala itu. Pas di asrama di Yogyakarta, kalau ada permintaan dan donor ke Rumah Sakit Panti Rapih untuk menggantikan orang secara langsung, tidak saya masukkan di kartu, setelah beberapa lama, ternyata termasuk suka rela dan dihitung di dalam kartu donor darah.
Pengalaman unik dan indah.
Pertama.Pertama kali ikut donor di kampus pada tahun 1996. Waktu kuliah, ada yang lucu adalah rekan yang setiap hari olah raga, ikut UKM taek kwon do, kalah deras darahnya. Petugas itu bercanda dengan teman,”Gak pernah olahraga ya Mas, kog lama?” Teman saya langsung bangun dan menyatakan bahwa saya yang tidak pernah berolah raga, he...he....padahal cepat saya darahnya itu.
Kedua. Paling miris. Donor pengganti di RS Panti Rapih Yogja harus diambil kedua darah sampel untuk pendonor dan penerima untuk dicrooscek apa ada penolakan. Yang mau saya bantu darah ini mengidap kanker tulang dan untuk mengambil darah untuk cek saja setengah jam belum cukup. Padahal masa ujian semesteran, belum lagi menanti hasilnya antara cocok dan tidak juga setengah jam paling cepat, kalau cocok masih lumayan, kalau tidak cocok kan sia-sia. Syukur bahwa itu cocok dan bisa membantu.
Ketiga. Penolakan dan judesnya petugas. Duh heran saya dengan sikap petugas sosial kog begitu. Saya ini mau nyumbang, gratis, bahkan saya memelihara kesehatan, eh malah disadisi. Jarang sih memang tapi pernah, juga tidak mau di salah satu cabang karena selalu dikatakan tensi tinggi, padahal di rumah normal, tidak bilang kalau punya alat tensi sendiri, he...he....
Keempat. Paling tidak pernah mendonorkan darah di delapan kota yang berbeda. Di mana saya hidup aktif di sana. Lah repot pas mau menerima penghargaan donor darah ke lima puluh kali. Donor kelima puluh ini pas di kota Palembang. Mereka ragu memberikan penghargaan karena hadiahnya naik haji. Saya juga tidak mungkin naik haji dan bukan minta hadiah kog, he...he...alasannya karena berpindah-pindah.
Kelima,akhirnya penghargaan kelima puluh dapat saya peroleh dari kantor cabang Surakarta. Penghargaan yang tinggi ketika pemberian penghargaan bersama se- Jawa Tengah diberikan di kota Purwokerto, dari cabang Solo didahului piknik ke Purwokerto dan menginap semalam di hotel di mana penyelenggaraan acara di selenggarakan. Kota-kota yang lain berangkat dini hari, jadi menginap di mobil pas jalan.
Keenam. Darah memburai. Dua kali usai diambil darah, pembuluh darah masih terbuka dan keluar lagi. Ada orang yang mau membantu karena panik salah pencet malah seperti memompa.
Ketujuh, pengalaman terbaru, ada anak praktek, saya katakan tidak usah khawatir, grogi, atau takut, lakukan, kapan bisanya kalau tidak boleh ada yang dijadikan latihan. Ternyata ada orang lain yang tidak mau diambil oleh anak praktek. Prinsip saya, kapan mereka bisa terampil kalau tidak mau ada yang jadi “percobaannya”
Kedelapan,anak pratek banyak meminta maaf, eh petugas asli melakukan kesalahan diam saja dan pura-pura tidak ada masalah. ketika memberikan sejenis saleb, kog aneh saya tanya mengapa tadi salah masuk kemungkinan akan bengkak, dan juga tidak ada maaf. Mentalitas merasa tidak melakukan kesalahan,dan memang akhirnya beberapa saat bengkak cukup besar bekas tempat jarum masuk, eh diam-diam