Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salah Jurusan Kuliah

29 Juni 2016   18:27 Diperbarui: 29 Juni 2016   18:45 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Negara hadir dengan mengawasi universitas swasta untuk tegas di dalam seleksisehingga tidak asal calon mahasiswa dan  orang tua mampu membayar yang akhirnya bisa menjerumuskan mahasiswanya. Ini jalan keempat,dunia pendidikan itu bukan perusahaan yang berorientasi pada keuntungan semata. Meskipun tidak ada pendidikan itu murah, namun tentunya bukan memikirkan uang dan uang saja, segi sosial masih ada.

Dinas pendidikan juga bisa memberikan pendampingan bagi sekolah-sekolah yang tidak mampu menyediakan guru BK. Hal ini kelima,tidak sedikit guru BK itu tidak ada di sekolah kecil, pinggiran, dan minim murid (terutama swasta), dengan demikian, peran negara makin luas, hadir agar tidak ada lagi anak-anak salah jurusan.

Keenam,sekolah harus tegas jika ada orang tua memaksakan kehendak misalnya harus IPA sedangkan anak siswa jelas-jelas tidak mampu. Kasihan bagi anak dan masa depannya bisa kacau.

Manusia itu hidup di dalam hirarkhi yang berupa kerucut, ada yang berkelas pemimpin itu jelas sedikit, kelas pekerja kerah putih yang lumayan banyak, dan tenaga terampil tentu jauh lebih banyak lagi, dan yang terakhir itu pekerja harian yang jelas adalah dominan dari semuanya. Jika pendidikan tidak mendukung dinamika itu, akan terjadi kekacauan, lebih banyak orang pinter (dalam arti nilai tinggi namun lemah dalam spiritual dan emosional), melahirkan kelompok yang minteri,memperalat orang lain. Kerja keras kasar merasa tidak pantas, namun bekerja di level lainnya tidak mampu. Selain bisa minterijuga menjadi beban, karena tidak mau menerima kenyataan diri.

Sikap realistis, menerima diri dan kenyataan, serta tidak memaksakan diri akan membantu generasi muda lebih bebas di dalam menyiapkan masa depan. Pendidikan yang membebaskan memberikan peluang untuk anak lebih berkebang menjadi diri sendiri. Budaya yang lebih menghargai kualitas rakyat bukan materi yang dimiliki. Prestasi tidak mesti berupa materi, namun juga kualitas intelektual, spiritual, dan emosional jelas juga membanggakan.

Salam

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun