Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Fadli Zon yang "Kritis" Perlu Belajar dalam Bertindak

28 Juni 2016   19:33 Diperbarui: 29 Juni 2016   20:28 4083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum usai juga rupanya sang ketua dewan ini membuat “ulah.” Bagaimana tidak bukannya minta maaf dan menutup kasusnya malah ini melebar ke mana-mana. Sebenarnya kisah ini bukan kasus dan sederhana kalau mau bersikap seperti Pak Jokowi, kala menghadiri wisuda puteranya di Singapura. 

Kala itu Joko Widodo selaku pribadi memilih pesawat ekonomi, dan kalau tidak salah ingat kolega di Singapura (PM) sebagai tuan rumah menyediakan jemputan, bukan KBRI lho. Bisa saja, sah, dan wajar jika Jokowi naik pesawat kepresidenan, toh melekat tidak bisa tidak. Saat itu pun ramai, bagaimana soal keamanan, mempertaruhkan negara, dan sejenisnya. Lha ini hanya puteri petinggi arpol dan dewan.

Sebenarnya tidak menjadi masalah kalau tidak ada pernyataan selanjutnya dari Fadli Zon sendiri yang malah ke mana-mana. Biasa mempertahankan diri karena ketahuan apa yang dilakukan itu tidak pantas (meskipun dia berdalih tidak tahu). 

Meminta maaf dan tidak perlu mengaku sebagai kritis, di luar pemerintahan, dan ada kesan menuduh KJRI atau KBRI telah berlaku “jahat”. Lebih lucu lagi menelpon Menlu, dan meminta penjelasan dari KJRI atau KBRI.

Pertama, bagus ketika ia mengatakan minta maaf dan mengirimkan uang dua juta sebagai pengganti pengeluaran pihak kedutaan. Angkat jempol ada pejabat mau mengakui salah, eh ternyata bejibun dalih yang mengikuti sangat bertolak belakang dengan permintaan maaf sedang puasa lagi.

Kedua, ada yang mau menjatuhkan. Bahasa politikus muda namun selera tua, di mana Pak Harto dulu paling suka istilah ini, aneh bin  lucu semuda FZ berpikir begitu. Dulu berteriak untuk menggulingkan politikus begitu eh malah dia sendiri melakukan yang sama. 

Dia harusnya tahu bahwa dia itu yang menjatuhkan dewan bukan orang mau jatuhkan dia. Mana kinerja demi rakyat selama ini selain soal sakit hati pribadi dan kelompok yang menjadi dasar  pemikirannya, soal Ahok dan Jokowi saja yang dijadikan dasar pemikirannya.

Ketiga, sama sekali tidak tahu isi surat itu. Ini bisa saja terjadi, namun berarti birokrasi di dewan yang model surat sakti dan permintaan ke lembaga lain sebagai hal baik perlu diperbaiki bukan malah berdalih seperti ini. 

Apa yang sudah dilakukan untuk surat Setnov menagih hutang? Surat Rachel Maryam? Ini soal pola, kebiasaan, dan jangan-jangan memang kebiasaannya begitu. Jadi ingat potensi dana kunker yang diselewengkan sebagaimana ditengarai  BPK yang tiba-tiba menguap.

Keempat, by design, karena kritis, memang pernah FZ berpikir atau bertindak kritis? Ini jujur dan serius belum pernah kecuali untuk kepentingan sendiri, kelompok dalam hal ini Gerindra, dan kolega, dulu Setnov dan Fahri, lainnya sama sekali belum. Klaim sendiri yang tidak ada isi

Di luar pemerintahan? Aduh model anak-anak banget, memangnya seberapa menakutkannya keberadaan Zon itu? Apalagi ketika ia mengatakan ini risiko. Mari ngakak dulu.... Risiko itu kalau memperjuangkan kebenaran dan bagi masyarakat. Lha ini jelas kepentingan diri sendiri. Merasa hebat, besar, dan sekelah Bung Karno, Bung Hatta yang dibuang karena perjuangan saja. Lucu melebihi Mongol kelucuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun