Selamat untuk Tim Thomas Indonesia yang menjejak babak final. Prestasi luar biasa yang patut mendapatkan ungkapan syukur dari bangsa. Tanpa embel-embel soal final dan hasil akhir, yang jelas ini prestasi luar biasa. Harapan lebih besar karena lawannya merupakan lawan yang telah sering dikalahkan.
AADC mengisahkan percintaan yang sempat jeda selama 14 tahun dan diakhiri dengan manis bagi kedua belah pihak. Konsekuensinya adalah kecewanya tunangannya yang harus tetap rela melepaskan angannya yang tinggal selangkah itu. Akhir yang banyak disetujui dan diamini penggemarnya, bukan anti klimaks yang tidak populer. Memuaskan banyak pihak, khas hiburan, tentunya.
Piala Thomas telah rindu bersemayam di Indonesia, 14 tahun lalu dan sempat sekali telah ada di depan mata, namun lepas, perebutan 2010 yang mengalami kesuksesan pada tangga kedua. Final kali ini terasa spesial karena mengandaskan Korsel yang telah kelelahan karena menyingkirkan Tiongkok. Final ke sembilan belas dan menghadapi Denmark yang akan dihadapi pernah empat kali dikalahkan di final. Harapan makin besar, meskipun pelatih Denmark telah menyatakan Indonesia bukan tim kuat yang akan mudah diatasi.
Sejarah panjang Tim Thomas Indonesia telah 13 kali jawara dan 5 kali runner up belum sebanding dengan Denmark, meskipun mereka terdepan untuk kalangan Eropa, bulutangkis ini soal Asia. Juara dari Asia. Pernyataan yang mengindikasikan kecemasan juga, apalagi di semifinal mereka telah merasakan alotnya Malaysia.
Akhir manis akan dicicipi bangsa Indonesia yang telah lama mendengarkan kebahagiaan prestasi secara tim. Apalagi kalau bicara sepak bola. Bulutangkis selalu menjadi penghiburan, baik kelompok, ataupun individual. Harapan besar untuk level olimpiade juga patut digelorakan.
Tidak perlu berebut untuk merasa paling berjasa, biarkan mereka berjuang dengan kemampuan terbaik mereka. Tekanan beban yang tidak juga perlu diberikan untuk harus ini itu. Biarkan mereka melakukan tugasnya dengan ringan, bebas, dan lepas.
Tidak perlu pula mencela padahal ngitung point saja tidak bisa tapi kalau komentar melebihi Rudy Hartono. Saatnya belajar untuk menebarkan kebaikan termasuk harapan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H