Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Boedi Oetomo, Berpolitik Praktis dan Deparpolisasi di Kekinian

20 Mei 2016   06:57 Diperbarui: 20 Mei 2016   08:29 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Boedi Oetomo. Sumber historyofbudiutomo.blogspot.com

Satu, bangga akan Keindonesiaan,menerima keadaan bangsa yang sedang prihatin, namun yakin menuju kepada kebaikan. Dengan itu timbul sikap optimis dan berharap akan ada perubahan yang signifikan bagi bangsa dan negara.

Kedua, lebih mencintai produk dalam negeri, daripada import, kawasan yang demikian luas, hanya untuk kopi saja yang tidak akan mati kalau tidak mengonsumsi mengapa harus import dan bangga kalau minum kopi dari negara X, negara Y, dan sebagainya. Bagaimana ngamuk-ngamuk dengan tenaga kerja asing, namun diri sendiri memakai komoditi asing dengan bangga.

Ketiga, menghormati pemimpin, kesalahan itu perlu dikritik bukan dihujat, namun juga bukan bahwa pemimpin itu pasti benar, kalau demikian kritis itu tidak ada. Bagaimana kita tidak menghormati pemimpin kita, bangsa lain mau respek dengan kita.

Keempat, sikap kebenaran yang hakiki, kebenaran selama ini berdasar kekuasaan dan keakuan, belum bisa melihat kebenaran seperti universal. Contoh maling ayam pasti semua akan menghajar dan menghakimi dengan bogem mentah, namun korupsi kerah putih, ada yang membela dan menyatakan bahwa itu konspirasi, karena cobaan dari Tuhan. 

Beda, cobaan dari Tuhan itu sudah kerja keras eh kena gempa dan harus mengulangi lagi pekerjaan itu, bukan karena maling bangunan roboh. Jelas-jelas merongrong negara, masih ada yang membela itu sebagai perjuangan, lihat banyak contoh dari itu.

Kelima, ini Indonesia, dibangun di atas Pancasila,bukan negara sektarian keagamaan, kesukuan, dan segala macam yang hendak ditonjolkan sebagian pihak. Negara ini telah capek-capek dengan pengorbanan darah dan keringat pendahulu, mengapa harus diciderai dengan pola mundur yang sangat merugikan?

Harapan itu makin nyata dan ada titik cerah yang bisa diyakini bangsa ini benar-benar bangkit dari keterpurukan selama ini. semangat kesatuan dan kebersamaan sebagai salah satu sarana mendapatkan itu.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun