Yusril atau Lunggana? Bukan Ahok
Hati-hati yang mau menerapkan streotipe soal pemuja atau pembenci salah satu kandidat, sama sekali bukan. Ini soal pilihan antara Pak Yusril atau Pak Lunggana. Mengapa dua ini? paling getol dan melamar ke mana-mana dua pribadi ini. Meskipun banyak  bermunculan pesimisme karena belum ada parpol yang bersedia baik sukarela atau terpaksa membawanya ke KPU. PBB jelas susah, demikian juga dengan P3 tidak punya daya untuk itu. Belum cukup. Tidak heran mereka berlari-lari dari satu parpol ke parpol.
Abraham Lunggana.
Asyik, kalem, dan tenang tentu banyak yang setuju kalau Pak Lunggana asyik, baik untuk wawancara ataupun mengeluarkan pendapat. Bersemangat dan berapi-api. Â Ketenangannya tidak juga ada yang bisa meragukan.
Jujur,meskipun masih diragukan, namun menyatakan kelemahannya dengan baik, minta dimaklumi, bisa menjadi harapan selama ini yang masih jarang pejabat yang bersikap demikian. Lumayanlah kan bisa untuk bisa menjadi contoh, air di padang gurun.
Tidak rasis, sangat bisa dipahami, mengapa beliau tidak rasis, di pasar tempat dia besar, tentu berbagai ras dan etnis ada saling berbaur dan saling berinteraksi, tidak pandang bulu semua bisa menjadi rekan bisnis dan itu yang menjadi prioritas.
Manajer mumpuni, pimpinan perusahaan dan parpol yang bisa bersaing dengan Demokrat, Golkar, dan PKS. Pimpin di tengah persaingan ketat di mana PKS megang kendali, PDI-P yang lagi berkejaran dengan Golkar dan Demokrat, eh hanya kalah oleh PDI-P termasuk jempolan lho. Belum lagi usaha di berbagai bidang. Kesuksesan di dua bidang yang ia pimpin bisa menjadi pegangan minimal untuk menjadi pengalaman mengelola DKI. Belum lagi menjadi waka dewan periode ini. Lumayanlah.
Sedikit catatan kelemahan ialah kemampuan komunikasi dan kemampuan analitisnya.Jelas beberapa kali beliau selip lidah bukan kerena kelelahan dan salah, karena memang tidak tahu. Hal ini bisa ke mana-mana. Bagaimana menjadi sumber bully, tentu sangat tidak pantas, pejabat kog diolok-olok. Jadi bahan candaan dan cemoohan, ini tentu tidak sepantasnya. Bisa kerja keras dan banyak belajar untuk bisa menjadi smart dengan tim yang berkualitas.
Yusril Ihza Mahendra
Pesohor, cakep, cerdas,jaminan mutu tidak ada yang bisa membantah. Jika dibantah perlu diperbaiki standar penilaiannya. Mana ada profesor oon, menteri tiga presiden, sosok badani tentu juga sangat baik, wajar kalau main film. Tenar jelas saja, siapa yang tidak kenal dengan dia.
Pengacara handal, pemerintahan periode lalu berkali-kali dipecundangi, pemrov jateng demikian juga, jaminan kualitas untuk pengacara dan kinerja di bidang ini. belum ada yang semengilap dia untuk urusan melawan penguasa, baik pusat atau daerah.
Dekat dengan rakyat, meskipun masih bisa diperdebatkan, namun soal kedekatannya bolehlah, dampingi mana-mana yang digusur, makan di warteg, masuk pasar, dan usaha akrab dengan masyarakat biasa.
Ramah dan murah senyum, ini juga bukti nyata bukan bahan pencitraan, namun karakter, tidak meledak-ledak dan sinis dengan siapa saja. Senyum yang ditebar ke mana-mana. Jarang ia marah atau ngamuk.
Pimpinan parpol, lepas soal sukses atau tidaknya, namun bahwa pernah jadi petinggi parpol, anggota dewan, menteri dari masa ke masa lumayan bagi pemerintahan dan rakyat DKI Jakarta. Bisa kan pengalaman PBB yang seret menjadi bahan evaluasi yang baik.
Catatan kelemahan,sayang adiknya pernah menyatakan rasis yang cukup fatal, meskipun tidak berkepanjangan, noda kuat kembali ke era masa lalu, kecurigaan soal garis keras bisa menjadi senjata lawan politik. Beberapa kali membela pihak yang merugikan negara. Ini bisa menjadi persoalan yang berbahaya bagi banyak pihak.
Menarik melihat apa yang ada pada keduanya, juga keseriusannya melamar ke mana-mana, sama-sama parpolnya gak mampu dan mau mengusung, bisa saja keduanya berkolaborasi. Persoalan selanjutnya, parpol mana lagi yang mau bantu, sedang kader sendiri masih jauh lebih menjanjikan.
Atau indepeden, lumayan dua pasang independen, namun apa cukup waktu dan siapa mau jadi wakil. Pak Lunggana lebih pas dan tidak menolak kalau jadi nomer dua dengan Pak Yusril nampaknya. Kelemahan dan kelebihan yang bisa saling menutupi, bukan malah memperlemah.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H