Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematian itu, Kepastian, Kepasrahan, atau Ketakutan?

1 Mei 2016   06:31 Diperbarui: 1 Mei 2016   10:13 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kematian itu, Kepastian, Kepasrahan, atau Ketakutan?

Perihal kematian itu, seperti bunga dan buah kelapa. Bunga kelapa itu bisa gugur saat masih manggar,bunga kelapa, bluluk,kelapa masih awal, belum ada apa-apanya, masih seperti manggar besar, atau lebih besar degan,yang bisa dinikmati sebagai es kelapa muda. Namun ada pula yang sudah kering namun masih kuat di atas pucuk pohon.

Bisa saja masih anak bayi atau belum lahir, anak-anak, hingga bisa usia uzur dan bosan hidup masih saja hidup dan belum juga dipanggil oleh Tuhan. Panggilannya untuk balik ke haribaan-Nya bisa berbeda-beda.

Kematian itu antri menghadap Tuhan. Semua agama tentu sepakat dan memang demikian adanya. Ada kelahiran tentu ada kematian, setelah mentok dalam pertumbuhan. Betapa sesaknya dunia kalau tidak ada kematian, sedang kelahiran terus-terusan lahir.

Kepastian.

Sebagaimana kelahiran yang telah terjadi, tentu kematian juga akan terjadi. Hanya soal waktu, tidak ada yang tahu selain DIA yang empunya hidup itu sendiri. Jika ada yang mengatakan tahu waktunya  kematian, itu hanya klaim yang tidak bisa dibuktikan. Kepastian berarti bahwa kita tidak bisa memintanya, menghindarinya, ataupun menawar-nawar untuk tetap hidup, karena masih berbagai keinginan masih ingin dicapai. Kepastian, bukan berarti bahwa kita abai akan kesehatan dan tidak peduli apapun, kan pasti mati, kemudian makan sembarangan, memuja kesenangan, dan kemudian menabung dan mendepositokan penyakit. Tentu bukan dalam ranah ini. Menyatakan hidup itu hanya sementara dan mencoba mengisi dengan yang terbaik. Memanfaatkan kesempatan yang singkat dengan perbuatan yang terbaik. Ada peribahasa yang mengatakan, manusia mati meninggalkan nama, apakah yang mau kita tinggalkan nama buruk, penuh kebencian, dan noda hitam pekat yang melingkupi nama kita?

Kepasrahan.

Apa artinya bahwa mati adalah kepasrahan? Ungkapan duka itu dikatakan telah meninggal dengan tenang, artinya siap kapan saja dan di mana saja untuk diminta kembali kepada Sang Pemilik. Pasrah bahwa apapun dilakukan kalau memang belum saatnya juga tidak akan meninggal. Atau berusaha dengan berbagai cara, sama juga kalau Tuhan belum berkehendak, tidak akan mati. Pasrah membuat semua mengalir dengan apa adanya. Menantikan saat Tuhan menjemput dengan tenang, damai, nyaman, dan justru penuh harapan. Kepasrahan yang membawa harapan. Harapan karena ada di alam baka yang menyenangkan dan penuh dengan kebahagiaan. Seorang tetangga saking sedihnya, kala mendengar anak atau cucunya, seusia mereka itu meninggal, selalu menangis. Merasa Tuhan tidak sayang sehingga tidak menjemputnya dengan segera. Wujud pasrah yang belum sepenuhnya dihayati.

Ketakutan.

Apakah mudah antri untuk mati? Berkaitan dengan kepastian, sudah seharusnya jawabannya ialah mudah. Nyatanya banyak yang masih takut dan mengusahan dengan berlebih-lebihan agar bisa menunda barang sejenak.  Mengapa bisa takut?

Pertama,merasa belum punya bekal yang cukup. Hal ini bisa diatasi dengan iman dan kepercayaan Tuhan Mahabaik. Kalau baik, tentunya Ia akan menghukum dengan pantas tidak akan berlebihan, dengan demikian tidak perlu terlalu khawatir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun