Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden: Politik Kita, Politik Kerja, Bukan Wacana, Berhadapan dengan Demokrasi Akal-Akalan, Ugal-Ugalan, dan Okol-Okolan ala Dewan

8 April 2016   07:30 Diperbarui: 8 April 2016   07:45 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum menggelar sidang paripurna kabinet, presiden memberikan tekanan dan pesan untuk para menteri bahwa kabinetnya itu berjiwa kerja. Bahasa presiden politik kerja. Menarik adalah, bahwa banyak hal sudah dilakukan oleh eksekutif, bagaimana legeslatif mengimbangi kinerja eksekutif ini?

Sebelum beranjak ke ranah legeslatif, menarik apa yang akan dilakukan Pak Beye. Semoga saja tidak ada reaksi sebagaimana biasanya. Tidak perlu ada berbalas pantun kali ini. Beberapa kali ungkapan yang membuat gerah Pak Beye, soal menanam pohon tidak usah berjuta-juta, dua ribu cukup asal dilakukan, yang paling panas tentu kehadiran fisik bukan hanya kata-kata ke Hambalang. Jelas saja media dan netizen melihat roti empuk di sana. Hambalang jelas berkaitan dengan sekian banyak kader Pak Beye dan kini mangkrak. Bagaimana reaksi anak buah Pak Beye, sedikit banyak adalah ungkapan Pak Beye. Harapannya kali ini Pak Beye tidak bereaksi, kasihan.

Kubu sebelah, SI Kura-Kura Hijau yang selalu lamban.

Hampir dua tahun, dewan lebih moncer di dalam kisruh di dalam. kekacauan bukan karena perang ideologis dan tema mengenai rakyat, namun hanya demi diri sendiri dan lebih spesifik berkutat pada ketua dan pimpinan.  Mulut berbusa kalau berbicara mengenai dewan berfikir diri sendiri dan partainya. Kali ini khusus kursi pimpinan.

Pertama, jauh hari sebelum ada pimpinan definitif, ketika masa transisi pimpinan ada di tangan paling senior dan yunior, dagelan lebih lucu dari pada Srimulat atau stand up comedy, ketika palu disembunyikan. Bagaimana tidak lucu kalau sikap negarawan seperti anak TK berebut permen begitu?

Kedua, rebutan bahkan mengesahkan UU dengan serba cepat dan kilat, hanya untuk kudeta kursi pimpinan. Selama ini pemenang pemilu akan dengan mudah memegang kendali. Serobot dannyalib di tikungan dengan ugal-ugalan, membuat  kubu kalah pemilu membuat manufer dan menggagas paket pimpinan, lagi-lagi bagi-bagi permen. Diperparah main dua kaki Demokrat sehingga tidak memihak KMP kala itu namun dapat kursi dan mengorbankan P3 yang berdarah-darah di pileg dan pilpres namun ditinggal koboy bernama KMP itu. Akal-akalan, okol-okolan dan ugal-ugalan melahirkan Trio paling Fenomenal di dunia.

Ketiga, Trio Pimpinan Fenomenal, yang saat ini tinggal nama. Membawa kisruh demi kisruh, puncaknya, ketika KIH kalau itu yang meras juga punya hak (lupa politik yang licik masih kuat), menobatkan diri pimpinan tandingan. Kisruh berbulan-bulan hanya makan gaji buta. Hanya mengedepankan pembenaran diri dan kelompok tanppa kejelasan.  Namanya politik akal-akalan, akhirnya ada kesepakatan dan bisa berjalan dengan dagelannya.

Keempat, pimpinan ada tugas ke Amerika. Eh di sana masih saja membuat dagelan. Mungkin gawan bayi, mereka ini sebenarnya pemain dagelan, yang salah kamar. Di sana mereka mampir di kampanye salah satu calon yang justru adalah tidak kalah dagelannya. Kontroversi di sana eh malah didukung.  Belum lagi photo-photo yang lagi-lagi lucu bahkan memalukan.

Kelima, dagelan itu hanya biasa bagi MKD, muncul kasus baru soal sang big bos, main catut, pimpinan dewan jadi tukang kayu, mencatut nama pejabat negara. Dan kisruh demi kisruh mewarnai akhir hingga awal tahun lalu. Soal ini ribuan artikel yang datang dan jadi bahan pembicaraan.

Keenam, lagi dan lagi, ketika produk mereka masih tidak kelihatan, rekomendasi yang terabaikan, pengawasan mbelgedhes, kinerja amburadul, apalagi soal kehadiran janganlah ditanya, ada lagi dari kursi pimpinan yang dipecat oleh partainya, eh malah tidak merasa bersalah dan menahan kursi wakilnya, dan nada-nadanya akan berlarut-larut karena di pengadilan kembali drama kalah menang itu akan tersaji.

Ketujuh, saudara muda mereka DPD yang mau dieuthanasia oleh PKB malah tidak menunjukkan kualitas malah kelahi. Lagi-lagi pimpinan yang menjadi soal. Haduhhhhhhhh, kapan mau membangun? Berebut kursi lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun